Belajar Html Lengkap Ket : ganti kode warna merah dengan id top menu milik anda. Sekedar gambaran, pada umumnya sebuah menu blog memiliki skema kode HTML sebagai berikut :

LIPANRITV1

Retas5



    Medsos4

    coba4

    coba6

    Entri Populer

    Jumat, 01 Agustus 2014

    KERAJAAN SIMALUNGUN

    SEJARAH SINGKAT KERAJAAN-KERAJAAN SIMALUNGUN

     
    KERAJAAN NAGUR (500-1400)
    Inilah kerajaan pertama suku Simalungun, rajanya bermarga Damanik Nagur (Rampogos). Wilayahnya sangat luas, lebih luas dari Kabupaten Simalungun sekarang ini. Masa kejayaan Kerajaan Nagur berakhir sesudah penyerbuan oleh Aceh pada tahun 1539 ke beberapa tempat di daerah kekuasaanya, khususnya di daerah pantai Timur. Nagur semakin mundur setelah diserang oleh pasukan Tuan Raya bermarga Saragih Garingging pada abad XIX. Sisanya adalah kampung Nagur Raja di Kabupaten Serdang Bedagai.
    Nagur pada masa kejayaanya terdiri dari dua wilayah; di selatan oleh Nagur dan di utara oleh Kerajaan Batangiou yang selanjutnya berub ah menjadi Kerajaan Tanah Jawa. Menurut kisah, raja Nagur pada masa jayanya menjemput permaisuri (puang bolon) dari Kerajaan Mataram di Jawa. Dari sini bermula orang Simalungun memakai gotong batik seperti yang kita pakai sampai sekarang ini.

    KERAJAAN SILOU (1300-1400)
    Sesudah Nagur semakin lemah, maka salah seorang Anakborunya bermarga Purba Tambak diangkat menjadi Raja Goraha dan selanjutnya berkembang menjadi kerajaan bernama Kerajaan Silou. Nagur pada waktu itu masih tetap berdiri, tapi Kerajaan Silou semakin meluaskan wilayahnya hingga mancapai pantai Timur Sumatera sampai ke Asahan sekarang ini. Pusat pemerintahannya pada waktu itu berada di Silou Buntu di Kecamatan Raya sekarang ini, salah seorang rajanya yang terkenal bernama Tuan Toriti Purba Tambak dengan tungganganya Gajah Putih yang menjadi lambang kerajaannya.
    Senasib dengan Nagur, pada abad XIV perang saudara pecah di Kerajaan Silou di antara sesama anak raja Silou, sehingga berdiri Kerajaan Panei dan Dologsilou dari masing-masing bermarga Purba Sidasuha dan Purba Tambak Lombang.

    KERAJAAN RAJA MAROMPAT (1400-1946)
    Pada abad XIV-XVI, situasi di Sumatera Timur berada dalam keadaan genting, karena Aceh dengan pasukan Sultan Iskandar Muda terus-menerus mengancam keberadaan kerajaan-kerajaan di sepanjang jalur perdagangannya di Selat Malaka. Kerajaan Nagur yang berkuasa di situ, semakin lama semakin lemah, dan akhirnya makin terdesak hingga ke pedalaman.
    Untuk menghindarkan daerahnya dari pendudukan langsung; maka raja Nagur mengangkat orang-orang kepercayaannya menjadi panglima perang sekaligus dinikahkan dengan puteri-puterinya, sehingga para panglima ini berstatus Anakboru pada Raja Nagur yang otomatis akan menunjukkan rasa hormat dan penghargaannya kepada raja Nagur sebagai tondong.
    Pada masa setelah abad XIV, muncullah empat raja utama di Simalungun; di mana Nagur masih tetap ada, tetapi peranannya sudah semakin menghilang. Keempat raja itu adalah: Tanoh Jawa dengan raja marga Sinaga, Panei dengan raja marga Purba Sidasuha, Dolog Silou raja marga Purba Tambak dan Siantar, kerajaan marga Damanik peninggalan dari Nagur terdahulu. Masing-masing diikat oleh adat Maranakboru, Martondong, Marsanina oleh karena hubungan kekerabatan lewat jalur perkawinan yang dipolakan oleh tradisi Puang Bolon, yaitu puteri raja yang menurut adat, syarat mutlak untuk meneruskan generasi raja turun temurun. Raja Panei dan Dologsilou menjemput puang bolon kepada marga Damanik puteri raja Siantar, demikian pula Tanah Djawa. Sedangkan raja Siantar sendiri menjemput isteri pada bangsawan Silampuyang dengan gelar Tuan Silampuyang marga Saragih.

    RAJA MARPITU (1907-1946)
    Tahun 1865 mulailah kolonialisme Belanda memasuki tanah Simalungun, mula-mula di Tanjung Kasau yang pada waktu itu tunduk ke Siantar, lalu makin merembes jauh sampai ke pedalaman Simalungun dalam rangka pembukaan perkebunan di atas lahan raja-raja Simalungun. Dengan berbagai intrik dan politik pecah belah di antara sesama raja-raja dan masyarakat Simalungun; Belanda berhasil memisahkan beberapa daerah adat Simalungun dari kekuasaan Raja Marompat; daerah Padang Bedagai yang pada awalnya daerah takluk Kerajaan Silou menjadi diakui sah sebagai raja oleh Belanda. Demikian pula daerah Batak Timur Dusun di Serdang diakui masuk kesultanan Serdang. Batubara sekitarnya sampai ke Tanjung Balai yang dulu berada di bawah kekuasaan raja Siantar dan Tanah Jawa dipisahkannya dari Simalungun dan dimasukkannya ke Kesultanan Asahan.
    Pada tahun 1907 sesudah perlawanan raja-raja Simalungun berhasil ditundukkan Belanda, seperti raja Siantar Sangnaualuh Damanik, penguasa di Raya Rondahaim Saragih, Tuan Dolog Panribuan gelar Tuan Sibirong Sinaga dan raja Dologsilou Tn Tanjarmahei Purba Tambak maupun Tn Jontama Purba Sidasuha raja Panei; maka Belanda mengakui Raya, Purba dan Silimakuta menjadi kerajaan penuh di samping kerajaan Raja Marompat yang sudah lebih dahulu hadir ratusan tahun sebelumnya. Dengan demikian hadirlah tujuh kerajaan di Simalungun sesudah kehancuran Kerajaan Nagur, yaitu:

    1. Kerajaan PANEI RAJA MARGA PURBA SIDASUHA dengan puang bolon puteri boru Damanik dari Kerajaan Siantar;
    2. Kerajaan TANOH JAWA RAJA MARGA SINAGA DADIHOYONG HATARAN dengan puang bolon dari tuan puteri boru Damanik dari Kerajaan Siantar;
    3. Kerajaan SIANTAR RAJA MARGA DAMANIK BARIBA SI PAR APA dengan puangbolon dari tuan puteri boru Saragih Silampuyang dari Tuan Silampuyang/Sipoldas;
    4. Kerajaan DOLOGSILOU RAJA MARGA PURBA TAMBAK dengan puangbolon tuan puteri boru Saragih Garinging dari Kerajaan Raya;
    5. Kerajaan PURBA RAJA MARGA PURBA PAKPAK dengan puangbolon tuan puteri boru Damanik dari Kerajaan Siantar;
    6. Kerajaan RAYA RAJA MARGA SARAGIH GARINGGING dengan puangbolon tuan puteri boru Purba Sidasuha dari Kerajaan Panei;
    7. Kerajaan SILIMAKUTA RAJA MARGA PURBA GIRSANG dengan puangbolon tuan puteri boru Saragih Munthe/Saragih Garingging dari Tonging/Kerajaan Raya.

    AKHIR KERAJAAN
    Kerajaan-kerajaan Simalungun berakhir setelah kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945 secara politis tidak memiliki kekuasaan lagi seperti zaman Belanda yang diakui sebagai daerah istimewa berpemerintahan sendiri (zelfbestuurende Landschappen). Kerajaan-kerajaan Simalungun benar-benar hapus sesudah dihapuskan oleh Revolusi Sosial tanggal 3 Maret 1946 yang disertai dengan pembantaiaan tidak berperikemanusiaan oleh laskar rakyat Barisan Harimau Liar pimpinan Saragihras dan Djatongam Saragih dan kawan-kawan yang anti kerajaan. Raja-raja Simalungun diturunkan dari tahtanya dengan kekerasan, harta bendanya dirampas, bahkan nyawanya melayang bersama dengan keluarga dan rakyat yang mengasihi mereka. Mari kita kenang para raja Simalungun yang mati dibunuh dengan kejam oleh Barisan Harimau Liar itu; di antaranya Raja Panei Tuan Bosar Sumalam Purba Sidasuha; Raja Purba Tuan Mogang Purba Pakpak, Tuan Dolog Panribuan Tuan Hormajawa Sinaga, Tuan Sipolha Tuan Sahkuda Humala Raja Damanik, dan korban-korban lain yang belum diketahui.

    Pematangsiantar, 15 September 2012
    Pdt. Juandaha Raya P. Dasuha
    • Stev Bron's Poerba Purba pak pak puang bolon lang han siantar tapi han sidamanik do, unang salah hita da.
    • Dori Alam Girsang tunjukan satu sama ku gotong batik yg sudah berusia 200 tahun saja......
    • Parlindungan Damanik manstaps...monitor dan menyimak. GBU
    • Hendry Damanik Sampai kerajaan mar 7 kerajaan Nagur sebenarnya masih ada, tetapi sudah lemah krna menghadapi serangan terus menerus, terahir diserang Rondahaim dan hilang, keturunan raja Nagur juga banyak yg di buang ke bengkalis, ada yg di buang ke laut, sehingga ada makam yg hanya berisi air laut di sana, mereka juga sangat gigih menolak tanahnya jdi perkebunan, tpi krna kekuatan mereka sudah habis dengan terpaksa memberikan tanahnya ( ket. Asdan Damanik di Nagu raja)
    • Juandaha Raya Purba Stev Bron Purba, anggo ihatahon puang bolon han Siantar, na ginoran Siantar aima Siantar, Sidamanik, Bandar. On do margoran Siantar humbani marga Damanik bariba! Sarupa do ai pakon Panei, hanami mangalop puangbolon han Siantar, hansi pe hotopan han Marihat do (Tuan Marihat) tapi susurni han Rumah Bolon Siantar do tong ai, ai Tuan Anggi ni Siantar do Tuan Marihat!

      DG: Gotong ni hanami susurni ni Guru Raya dong pe, anjaha ai do ipakei hanami manipat humbani sapari anggo martongah jabu hanami (au sandiri). Anggo ididah nasiam na i wall hu, aima gotong nalobei ampa ugas-ugasni nalobei nami nadob lobih umurni ai 200 tahun, tapi tahan pe das nuan on (anjaha jimpo do ai isimpan hanami) i huta rap pakon ugas-ugas na legan sanggah bani hasipalageon pe ompung nalobeinami! Pustaha, buluh surat, baju polang-polangni ampa ugas haguruonni dong pe! Anggo hutaksir ai lobih umurni 200 tahun! Ai hanami sandiri dob 9 generasi dob pindah ompungnami hun Bajalinggei sapari!

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Undangan

    Translate

    .btn-space{text-align: center;} .ripple {text-align: center;display: inline-block;padding: 8px 30px;border-radius: 2px;letter-spacing: .5px;border-radius: 2px;text-decoration: none;color: #fff;overflow: hidden;position: relative;z-index: 0;box-shadow: 0 2px 5px 0 rgba(0, 0, 0, 0.16), 0 2px 10px 0 rgba(0, 0, 0, 0.12);-webkit-transition: all 0.2s ease;-moz-transition: all 0.2s ease;-o-transition: all 0.2s ease;transition: all 0.2s ease;} .ripple:hover {box-shadow: 0 5px 11px 0 rgba(0, 0, 0, 0.18), 0 4px 15px 0 rgba(0, 0, 0, 0.15);} .ink {display: block;position: absolute;background: rgba(255, 255, 255, 0.4);border-radius: 100%;-webkit-transform: scale(0);-moz-transform: scale(0);-o-transform: scale(0);transform: scale(0);} .animate {-webkit-animation: ripple 0.55s linear;-moz-animation: ripple 0.55s linear;-ms-animation: ripple 0.55s linear;-o-animation: ripple 0.55s linear;animation: ripple 0.55s linear;} @-webkit-keyframes ripple {100% {opacity: 0;-webkit-transform: scale(2.5);}} @-moz-keyframes ripple {100% {opacity: 0;-moz-transform: scale(2.5);}} @-o-keyframes ripple {100% {opacity: 0;-o-transform: scale(2.5);}} @keyframes ripple {100% {opacity: 0;transform: scale(2.5);}} .red {background-color: #F44336;} .pink {background-color: #E91E63;} .blue {background-color: #2196F3;} .cyan {background-color: #00bcd4;} .teal {background-color: #009688;} .yellow {background-color: #FFEB3B;color: #000;} .orange {background-color: #FF9800;} .brown {background-color: #795548;} .grey {background-color: #9E9E9E;} .black {background-color: #000000;}