Belajar Html Lengkap Ket : ganti kode warna merah dengan id top menu milik anda. Sekedar gambaran, pada umumnya sebuah menu blog memiliki skema kode HTML sebagai berikut :

LIPANRITV1

Retas5



    Medsos4

    coba4

    coba6

    Entri Populer

    Rabu, 30 Juli 2014

    SEJARAH PERJUANGAN KOLONEL MALUDIN SIMBOLON

    KOLONEL MALUDIN SIMBOLON: Ingatan Kolektif Masyarakat Terhadap Jatuhnya Pesawat Tentara Pusat di Huta Tongah.

    1. Pengantar



    Pada saat duduk dibangku Sekolah Dasar, Ayah saya (penulis artikel ini) pernah menceritakan suatu peristiwa kepada saya tentang jatuhnya “Pesawat Tentara Pusat” percis diladang padi milik oppung pada saat itu.  Penuturan sang Ayah bermula pada saat kami bekerja diladang yang sering sekali menemukan peluru dengan panjang 5cm-20cm. Peluru-peluru itu dikumpulkan lalu dibakar, takut-takut kalau masih aktif.  Demikian pula dengan potongan-potongan badan pesawat berupa besi dan aluminium yang tertimbun di dalam tanah.  Menurut Ayah kami, pesawat itu jatuh setelah diawali oleh kabut hitam di udara yang berasal dari  badan pesawat, menukik tajam dan pecah terpisah menjadi 4-5 bahagian serta meledak dengan dahsyat. Pilotnya dibawa ke rumah sakit di Saribudolok dan meninggal serta dimakamkan secara Katholik.
    Masih menurut Ayah kami yang pada saat itu berumur  9 (sembilan) tahun (dan semua orang tua di kampung itu khususnya yang berumur lebih 50 tahun) mengetahui peristiwa tahun 1958 itu dengan baik. Menurut mereka, “Pesawat Tentara Pusat’ itu ditembak jatuh oleh  ‘Gerombolan’ yang dipimpin oleh “Kolonel Simbolon” dari kolong rumah di Huta Tongah-sebuah desa yang jaraknya 52 Km dari Pematang Siantar menuju Kabanjahe. Lebih daripada itu, yang mereka ketahui adalah bahwa ’Kolonel Simbolon’ pada waktu itu adalah pemimpin PRRI-Permesta yang berseberangan dengan ’Tentara Pusat’ di Medan. Peristiwa tentang jatuhnya ’Pesawat Tentara Pusat’ itu hingga kini masih diingat segar oleh penduduk disana dan diwariskan dari generasi ke generasi apalagi bagi keluarga kami, terutama oleh 4 (empat) orang Ayah bersaudara yang pada saat kejadian itu sedang menjagai padi (mamuro) diladang.
    Peristiwa Sejarah yang mereka ketahui seperti diatas tentulah berdasarkan penuturan lisan yang mereka dapat sebagai respon terhadap peristiwa yang baru saja terjadi. Atau pula karena peristiwa itu telah terjadi relatif lama, maka penuturan lisan itu dipadu dengan buku-buku pelajaran sejarah yang mereka baca. Tetapi yang menarik dari ’cerita’ diatas adalah terbentuknya ingatan kolektif  masyarakat bahwa nama ’Kolonel Simbolon’ identik dengan ’gerombolan’ atau ’pemberontak’ yang tentu saja berseberangan dengan ’Tentara Pusat”. Demikian pula, apabila buku Sejarah Nasional Indonesia ataupun buku pelajaran sejarah khususnya Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) yang diprakarsai oleh  Nugroho Notosusanto-mantan Menteri Pendidikan Indonesia diperiksa maka nama Kolonel (Maludin) Simbolon (selanjutnya ditulis dengan akronim KMS) tercatat sebagai ’pemberontak’. Dalam buku-buku itu, hampir tidak ditemukan ’kontribusi’ KMS dalam membina dan memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Padahal, secara jelas diketahui bahwa KMS memilih masuk menjadi militer-meninggalkan pekerjaan sebagai guru-adalah akibat kesewenangan tentara Jepang yang menangkap, menyiksa dan membunuh orang pribumi termasuk abang kandungnya Johan Simbolon. Namun, dirinya kadung dianggap sebagai sosok pemberontak yang mesti disingkirkan dari panggung negara-menjalani karantina politik dan dinonaktifkan (dipecat) sebagai perwira militer.
    2. Maludin Simbolon Hingga Tahun 1945
    Maludin Simbolon adalah anak laki-laki kedua dari enam orang laki-laki dan memiliki 10 orang saudara laki-laki maupun perempuan dari pasangan Julius Simbolon dan Nursiah Lumbantobing. Dari nama ayahnya, dapat diketahui bahwa keluarga itu telah menganut Kristen yang disebarkan oleh die Rheinischen Missionsgesellschaft (RMG) dimana Dr. I. L. Nommensen bekerja. Lahir pada tanggal 13 September 1916 dimana sang ayah sedang bertugas di luar Pearaja-Tarutung.  Dikenal sebagai anak ‘Mandur Pulo Tao’ dimana sang ayah bertugas sebagai mandor untuk mengurusi pekerja di tempat peristirahatan Belanda. Kehidupan di Pulo Tao turut membentuk kepribadian dan karakter Maludin Simbolon yang tegas, disiplin, teratur dan hidup bersih. Pada masa kanak-kanaknya, Maludin Simbolon sudah sering bermain bersama dengan anak-anak Belanda yang berlibur di Pulo Tao.
    Menamatkan pendidikan dengan prestasi terbaik dari sekolah HIS (Hollandsch Inlandse School) yakni sekolah bergengsi pada saat itu di Narumonda pada usia 16 tahun dengan menghabiskan masa sembilan tahun untuk menamatkan jenjang pendidikan sekolah rendah. Tamat dari HIS, kemudian melanjutkan sekolah ke Christelijke Hollandsch Inlandsche Kweekschool (Chr. HIK) yakni sekolah guru di Solo dan tamat pada tahun 1938 dengan predikat terbaik. Berangkat dari Belawan ke Tanjung Priok dengan menumpang kapal Koninkelijke Paketvaart Matschappij (PKM) yakni Perusahaan Pelayaran Kerajaan Belanda.
    Tamat dari Chr. HIK Solo, kemudian menjadi guru sekolah HIS di Kartasurya (Solo). Selama menjadi guru, berkenalan dengan seorang bidan  yang bekerja di poliklinik zending yang kelak menjadi istrinya. Dari perkawinan itu, Ia dianugerahi dua orang putri dan tiga orang putra yang kelima anak itu diberi dengan nama berkharakteristik Jawa. Cita-citanya memperoleh ijazah dari Hoofdacte Cursus tidak kesampaian berhubung pecahnya Perang Dunia II di Eropah terlebih pada tanggal 10 Mei 1940 negeri Belanda telah diduduki pasukan Jerman. Ia memutuskan untuk keluar dari sekolah HIS Solo, kemudian menjadi guru di Curup. Selama di Curup, ia bertemu dengan Sucipto yang memperkenalkan paham–paham nasionalisme khususnya berdasarkan pendapat Ir.  Sukarno. Kemudian dirinya semakin memahami kondisi sosial politik tanah air terlebih setelah berlangganan dengan majalah ‘National Commentaren’ yang dibina oleh Dr. Sam Ratulangie yang dikenal dengan tokoh Pergerakan Kebangsaan dan anggota Volksraad.
    Serangan fajar tentara Jepang ke Pangkalan Militer Angkatan Laut Amerika di  Pearl Harbour pada Desember 1941, telah mendorong lajunya PD-II. Situasi dan kondisi di Indonesia beralih dari tangan Belanda ke Jepang yang ditandai dengan mendaratnya sekitar 60.000 personel pasukan Jepang di Batavia pada tanggal 1 Maret 1942 dibawah pimpinan Jenderal Hithosi Imamura. Kedatangan tersebut telah memukul mundur pasukan Belanda dari beberapa kota di Pulau Jawa dan mendorong lahirnya Perjanjian Kalijati pada tanggal 8 Maret 1942 berupa penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang.
    Pada saat itu terjadi massacre yakni pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh pasukan Jepang terhadap kaum terdidik dan pemuka masyarakat. Salah satu korban pembunuhan itu adalah Johan Simbolon, abang kandung Maludin Simbolon yang bekerja sebagai pengawas perusahaan minyak di Plaju, tewas setelah ditangkap dan disiksa oleh Jepang.  Atas kejadian itu, nasionalisme dalam diri seorang Maludin Simbolon menjadi berkobar dan mendorong dirinya masuk sekolah militer Giyugun binaan Jepang yang dibentuk terutama untuk menghadapi pasukan Sekutu. Tamat dengan pangkat Letnan Dua dan ditempatkan di Markas Batalyon Giyugun Sumatra Selatan bagian Pendidikan dan Pelatihan.  Dirinya acapkali dipakai sebagai penerjemah inspeksi pasukan Jepang ke daerah-daerah sehingga banyak melihat kekejaman tentara Jepang terhadap bangsa Indonesia. Keadaan itu, telah menimbulkan antipati dan kebencian yang luar biasa terhadap Jepang dan bersama dengan temannya pernah merencanakan pemberontakan terhadap Jepang. Namun, setelah mendengar anjuran Dr. A.K. Gani rencana itupun dibatalkan. Masa berakhirnya pemerintahan Jepang di Indonesia ditandai dengan penyerahan tanpa syarat pasukan Jepang kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945.
    3. Hingga Penyerahan Kedaulatan 1949.
    Enam hari setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia, maka pada tanggal 23 Agustus 1945 dibentuk pemerintahan Republik Indonesia Keresidenan Palembang dengan Dr. A.K. Gani sebagai kepala pemerintahan.  Disamping itu, sesuai dengan putusan PPKI di Jakarta turut pula dibentuk Badan Penjaga Keamanan Rakyat (BPKR), Komite Nasional Indonesia (KNI) Daerah dan Partai Nasional Indonesia (PNI). Selanjutnya, atas prakarsa E.M. Noor di Pagaralam dibentuk  Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang anggotanya berasal dari perwira eks Giyugun, Kepolisian dan Heiho. Pada saat itu, Maludin Simbolon ditetapkan sebagai Komandan Divisi Palembang Ulu berpangkat Kolonel. Kemudian, atas prakarsa A.K. Gani, pemegang mandat TKR se-Sumatra dibentuk badan yang mengkordinasikan TKR se-Sumatra yang terdiri dari enam divisi dimana KMS ditetapkan sebagai Komandan Divisi-I Sumatera Selatan/Lahat. Sementara untuk divisi IV Sumatra Timur/Medan ditetapkan Kolonel Ahmad Taher dan divisi-VI Tapanuli/Sibolga ditetapkan Kolonel Muhammad Din.
    Pasca restrukturisasi TKR se-Sumatra, KMS sebagai Komandan Divisi-I membentuk 4 resimen dan 15 batalyon di Sumatra Selatan. Akan tetapi, markas divisi-I yang berada di pedalaman kurang mendukung perlengkapan pasukan yang memadai seperti senjata,  asrama, dapur umum, pengobatan dan finansil pasukannya.  Oleh karena itu,  dua areal tambang yang terletak di Divisi-I yakni tambang Batubara Bukit Asam dan Tambang Emas di Bengkulu dioptimalkan potensinya. Pada bulan Juli 1946 diadakan rapat Komandemen Sumatra untuk membentuk Staf Komandemen yang dilaksanakan di Bukittinggi dan KMS ditetapkan untuk memegang bidang organisasi dan operasi.  Strategi jitu perang diperolehnya setelah membaca buku ‘On War’ karangan Clausewitz yakni buku standar yang berisikan teori-teori perang yang ditopang oleh penguasaan bahasa Jerman-nya yang cukup baik.  Pada bulan itu juga,  KMS pindah ke Parapat bersama dengan dua orang personel staf komandemen lainnya.  Hal ini telah mendekatkan diri KMS dengan Gubernur Sumatra yang berkedudukan di Pematang Siantar disamping untuk pembentukan divisi-divisi diwilayah Sumatra bagian Utara yang kurang berjalan dengan baik.
    Pertemuan Staf Komandemen Sumatra yang berencana melakukan restrukturisasi dengan komandan divisi Aceh, Tapanuli dan Sumatra Timur menghadapi jalan buntu. Oleh karena itu, Staf Komandemen berencana melebur divisi tersebut menjadi divisi Aceh dan Sumatra Timur dengan KMS sebagai komandan divisi. Tetapi rencana tersebut gagal mengingat sulitnya penyatuan tiga divisi terdahulu.
    Prakarsa Inggris untuk mengatur perundingan antara Belanda dengan Indonesia dimeja perundingan disambut baik oleh Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri. Akan tetapi, sebelum ke meja perundingan terlebih dahulu dicapai kesepakatan genjatan senjata.  Dengan demikian, delegasi militerpun disusun yang mewakili dua daerah utama Indonesia yakni Jawa dan Sumatra dimana KMS ditetapkan delegasi wilayah Sumatra.  Selanjutnya, bersama dengan M. Jusuf (walikota Medan) berangkat ke Pegangsaan Timur 56 dan melapor ke pimpinan TRI di Yogyakarta dan Presiden Soekarno untuk menjelaskan keadaan di Sumatra.  Dalam pembicaraan genjatan senjata tanggal 20 dan 26  September 1946 dengan Inggris, TRI menawarakan lima syarat. Tetapi, genjatan senjata tersebut menemui jalan buntu. Perundingan genjatan senjata baru tercapai pada tanggal 14 Oktober 1946 dan diratifikasi pada 1 November 1946.
    Situasi yang sangat kacau dan pertempuran yang terjadi dimana-mana mendorong Kepala Staf Umum TRI untuk membentuk tiga divisi TRI di Sumatra yakni divisi VIII Garuda di Sumatra Selatan (Lampung, Bengkulu, Pelembang dan Jambi) yang di komandoi oleh KMS, Divisi XI Banteng di Sumatera Tengah (Sumatra Barat dan Riau) serta divisi X Gajah untuk Aceh dan Sumatra Utara.  Naluri militer KMS mendorongnya untuk mengadakan persiapan-persiapan apabila suatu saat Belanda menyerang. Oleh karena itu, dirinya senantiasa melakukan reorganisasi pasukan menjadi brigade tempur serta  inspeksi keseluruh daerah divisinya. Termasuk mengawal Hatta yang disambut oleh Gubernur Sumatra Muhammad Hasan selama berada dan berbicara pada rapat raksasa di Lahat.
    Pasca penandatangangan perjanjian Linggarjati pada bulan Maret 1947,  keadaan di Indonesia bukan membaik tetapi justru lebih memanas hingga pecahnya Agresi Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947.  Agresi pertama ini sangat sukses bagi Belanda terutama dengan taktik serangan cepat (blitzkrieg) dengan mudah menduduki kota-kota utama di Jawa dan Sumatra. Namun demikian, mendapat kritik tajam setelah mendengarkan pidato Syahrir di depan sidang DK-PBB pada 14 Agustus 1947 khususnya dari Amerika Serikat dan Inggris yang telah mengakui RI secara de facto. Dampak daripada tekanan internasional itu, telah memaksa Belanda-RI untuk meneken kembali perjanjian damai yang dikenal dengan Perjanjian Renville pada 8 Desember 1947. Anggota komisi militer perjanjian Renville dari wilayah Sumatra ditunjuk KMS untuk segera berangkat ke Yogyakarta menemui Dr. Johannes Leimena sebagai ketua Komisi Militer. Dalam keanggotaan itu Kolonel T.B. Simatupang juga turut serta.
    Keputusan perjanjian Renville adalah  berupa 12 pasal persetujuan politik yang diajukan Belanda dan 6 prinsip tambahan yang diusulkan Komisi Jasa-jasa Baik. Keputusan Renville berakibat buruk bagi Indonesia berupa pengerdilan wilayah-wilayah yang disebut dengan Indonesia.  Meski demikian, sesuai dengan perundingan itu maka untuk pelaksanaan genjatan senjata di daerah, komisi-komisi militerpun dibentuk dan sebagai pengawas dibentuk United Nations Commision for Indonesia (UNCI) dimana KMS ditunjuk untuk membentuk komisi militer di wilayah Sumatra. Disamping untuk membentuk komisi militer dalam rangka genjatan senjata juga sekaligus penarikan garis perbatasan (demarkasi) yang memisahkan kedudukan TNI dan tentara Belanda.  Instruksi presiden pada tanggal 3 Juni 1947, dan perintah Reorganisasi dan Rasionalisasi (Re-Ra) untuk melebur TRI dan Laskar Rakyat menjadi TNI  dimana Kolonel Nasution diangkat sebagai Panglima Tentara dan Teritoirum Jawa (PTTJ) dan Kolonel Hidayat di Sumatra banyak mendapat tantangan dari pasukan. Persoalan di Tapanuli dengan membentuk Komando Subteritorium VII adalah salah satu contohnya. Demikian pula persoalan di Subter II, III dan IV yang masih menyebut SUBKOSS.
    Setelah perjanjian Renville, kondisi tanah air belum juga pulih. Pada tanggal 19 Desember 1948 muncul ancaman perang besar-besar yang disiarkan oleh Agence France Press (AFP) dan Reuters. Ancaman tersebut berubah menjadi kenyataan dan dikenal dengan Agresi Belanda II. Khusus di wilayah komando KMS, rencana Belanda itu telah diketahui oleh KMS dari ajudannya. Oleh karena itu, pasukan KMS meledakkan pabrik minyak dan membakar kebun teh Belanda di Pagaralam serta meruntuhkan beberapa jembatan untuk merintangi kedatangan Belanda. Pada saat itu, keadaan Palembang sangat berkecamuk. Pemerintahan Sipil Sumatra dipindahkan ke Muara Aman dan segera  pada 22 Desember 1948 dibentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dimana AK. Gani dan KMS ditetapkan sebagai Gubernur militer dan wakilnya.  Namun, akibat gempuran tentara Belanda, maka pada tanggal 23 Desember 1948 pasukan KMS di Palembang menyingkir ke Jambi.
    Dampak agresi yang kedua ini, terutama pendudukan Belanda atas Yogyakarta telah memaksa Belanda turun ke meja perundingan yang dikenal dengan perjanjian Roem-Royen pada 7 Mei 1949. Perundingan ini diawali oleh desakan mancanegara seperti  DK-PBB, KAA di Delhi pada 20-23 Januari 1949 dan sangksi Amerika melalui Marshal Plan terhadap Belanda. Hingga pada akhirnya membawa Indonesia  dan Belanda ke meja perundingan yang dikenal dengan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag pada 23 Agustus-2 November 1949 yang produk utamanya adalah Republik Indonesia Serikat (RIS) dan penarikan tentara Belanda pasca penyerahan kedaulatan.
    4. Komandan Tentara Teritorium-I Bukit Barisan
    Pada bulan Januari 1950, KMS diundang ke Jakarta untuk mendampingi Presiden Sukarno bersama dengan Nasution dan Sungkono melakukan kunjungan resmi ke India berkaitan dengan perayaan kemerdekaan India dan diterima oleh Jawaharlal Nehru di Calcutta. Dari India terbang menuju Karachi (Pakistan) terus ke Rangoon (Burma) dan kembali ke Jakarta.  Selanjutnya, terjadi strukturisasi personalia Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) dan Angkatan Perang. Dalam restrukturisasi tersebut, Kolonel A.H. Nasution diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat dan Kolonel T.B. Simatupang ditetapkan sebagai Kepala Staf Angkatan Perang. Sementara KMS memegang jabatan di MBAD. Berdasarkan perintah Menteri Pertahanan yakni Hamengku Buwono IX, KMS dipersiapkan ke Medan untuk menggantikan Kolonel A.E. Kawilarang sebagai Komandan Tentara Teritorium Sumatra Utara (Ko. TTSU) yang dipindahkan untuk menumpas Republik Maluku Selatan (RMS).
    Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1950, tentang pembagian wilayah Republik Indonesia Serikat menjadi 10 propinsi, maka Sumatra Utara ditetapkan menjadi salah satunya. Kondisi di wilayah paling Utara di Pulau Sumatra itu terdapat tiga satuan wilayah dan pemerintahan, yaitu Provinsi Aceh dan Sumatera Timur Utara, Propinsi Tapanuli dan Sumatra Timur Selatan. Kemudian terdapat pula satu negara yakni Negara Sumatra Timur (NST). Dua propinsi RI tersebut dibentuk dengan Peraturan Pemerintah RI. No. 8/Des/WKPM Tahun 1949 sedangkan NST yang meliputi Keresidenan Sumatra Timur mencakup Langkat, Tanah Karo, Deli, Serdang, Simalungun, Asahan dan Labuhan Batu adalah bentukan Belanda. Demikian pula yang tergabung dalam Propinsi Aceh dan Sumatra Timur Utara meliputi Keresidenan Aceh dan Sumatra Timur Utara yakni Tanah Karo dan Langkat. Sedang Propinsi Tapanuli dan Sumatra Timur Selatan meliputi bekas Keresiden Tapanuli dan Sumatra Timur selatan yakni Deli, Serdang, Simalungun, Asahan dan Labuhan Batu. Kondisi tumpang tindih kewilayahan tersebut membuat penyatuan wilayah kedalam propinsi semakin sulit. Namun, penyatuan wilayah tersebut menjadi Propinsi Sumatra Utara relatif mudah setelah keluarnya seruan kembali ke negara kesatuan RI. Dengan demikian, NST dengan sendirinya membubarkan diri dan Acehpun mau menerimanya walau dengan berat hati.
    Sejalan dengan penataan wilayah itu, KMS segera melakukan penataan wilayah militernya. Tak lama setelah menjadi Ko. TTSU, KMS melakukan perluasan wilayah hingga Sumatera Barat (divisi Banteng) dan Riau (Divisi Babiri). Dengan perluasan itu, komandopun dirubah menjadi Komando Tentara dan Teritorium-I (Ko. TT-I) yang di ikuti oleh perubahan sebutan komandan menjadi Panglima.  Tak hanya itu, KMS juga memberikan nama Bukit Barisan dibelakang nama Ko. TT-I sehingga sebutan lengkapnya adalah Komando Tentara dan Teritorium-I Bukit Barisan. Nama Bukit Barisan, dipilih dan ditentukan oleh KMS untuk melambangkan kekuatan yang mempersatukan wilayah komando dan Bukit Barisan sendiri pernah menjadi basis pertahanan selama perang Gerilya. Diakuinya bahwa, dirinya sebagai Panglima tetapi dipihak lain adapula Gubernur Militer seperti FL. Tobing di Tapanuli dan Daud Bureuh di Aceh, Tanah Karo dan Langkat. Oleh karena itu, KMS sering melakukan pembinaan komando dan teritorial. Demikian pula  dengan melancarkan operasi pembersihan ke tempat dan daerah yang rawan keamanan mulai dari Simalungun, Karo dan Deli Serdang dibawah sandi Operasi Sumatra Timur (OST).  Demikian pula sandi Operasi Sihar Hutauruk (OSH), sandi OTERI (Operasi Terra Incognito) yakni pembersihan jalanraya dari Lhokseumawe hingga Kutaradja Banda Aceh.
    Tugasnya selaku Panglima TT-I Bukit Barisan sangat menelan waktu, pikiran dan tenaga. Disamping harus melakukan operasi-operasi pembersihan, juga harus menghadapi aksi pemogokan buruh yang beraliran komunis di Belawan yang dilakukan oleh Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), demikian pula harus menghadapi pemberontakan Daud Bureueh di Aceh pada tanggal 20 September 1953 pada saat Bung Karno membuka Pekan Olahraga Nasional (PON) III di Stadion Teladan Medan. Operasi pemulihan keamanan di Aceh langsung dibawah pimpinan Panglima TT-I Bukit Barisan dengan sandi Operasi Biawak disamping dua operasi lainnya.  Keamanan di Aceh baru dapat dipulihkan  melalui perundingan damai di Helsinki pasca terjadinya gempa bumi di Nanggroe Aceh Darussalam. Kelak, Komando Tentara dan Teritorium-I Bukit Barisan, dikenal dengan Komando Daerah Militer (Kodam) Bukit Barisan, sebutan komandannya adalah Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Bukit Barisan.
    5. Penutup.
    Sosok dan ketokohan KMS dalam militer terutama dalam periode 1942-1950 terbilang sangat sukses.  Dimulai dengan rintisan sekolah militer Giyugun sampai menyandang sebagai Panglima TT-I Bukit Barisan. Kiranya, sumbangsih dan kontribusi KMS untuk tanah airnya-Indonesia-sangatlah besar terutama memasuki klimaks Indonesia Merdeka dan sepuluh tahun pasca kemerdekaan itu.
    Tulisan ini, bukan bermaksud menafikan apa yang sudah ’terlanjur dicatat’ seperti dalam sejarah Indonesia yang telah membentuk ingatan kolektif terhadap dirinya, tetapi cenderung melihat keturutsertaannya dalam menegakkan Indonesia. Ingatan kolektif masyarakat desa tentang penembak jatuh ”Pesawat Tentara Pusat’ seperti dikampung itu adalah rekontruksi peristiwa yang sengaja ditempelkan dalam upaya menumbuhkan ’keindonesiaan’. Kini, pastilah seorang KMS  tidak mengharapkan rehabilitasi atas keterlanjuran itu, atau juga menginginkan ’Maha Putra Utama’ atas jasa-jasanya. Tetapi, kalaulah seorang KMS boleh berharap, barangkali ia akan mengajak 220 juta orang penduduk Indonesia untuk melihat kembali peristiwa sejarah itu, karir militernya dan perjuangannnya terhadap Indonesia secara komprehensif dan jujur.  Persoalan ’terlanjur dicatat’ itu adalah sisi lain yang harus dilihat secara objektif. Masalahnya adalah, sampai seberapa dapatkah kita mampu melihatnya secara objektif?.
    Oleh: Erond L. Damanik, M.Si
    Penulis adalah peneliti di
    Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial
    Lembaga Penelitian-Universitas Negeri Medan

    12 Komentar
    1. tulisan anda sangat menarik,saya sangat setuju dengan anda jika Kol M simbolon di golongkan Gerombolan bahkan penghianat tidak pantas,sperti yang pernah saya baca di buku tentang sejarah kebanyakan,namun kekaguman saya sebagai generasi muda ke pada beliau ketika dia rela menninggalkan jabatan nya sebagai Panglima TT 1 BB demi, melawan ketidak adilan antara Jawa dan Sumatra,,,namun sangat di sayangkan banyak penulis buku sejarah yang melupakan begitu saja Perjuangan Beliau,,Jika kita tinjau di zaman modern ini Perjuangan beliau untuk masyarakat Sumatra sudah nampak yakni dengan pembangunan sarana dan prasarana,sekolah dan Rumah sakit,,,salut buat Kol M simbolon yg tidak mengharapkan Maha Putra Utama demi Keadilan yang tertindas,,,,Thanks atas tulisan anda Horas
      • Terima kasih kami ucapkan atas apresiasi Anda. Teruslah membaca untuk menambah dan memperluas wawasan pengetahuan.
        Salam
        Admin.
        • SIAP… kalo boleh tau apa bener terjadi pengkhianataan di tubuh PRRI yg dipimpin oleh M.Simbolon ….
    2. KMS layak sebagai tiruan oleh para sipil maupun angkatan bersenjata yang ada. Karena ketidakadilan antara pusat dan daerah tetap terjadi sampai sekarang. Salut buat KMS. Seharusnya buku mengenai KMS beredar di toko2 buku yang ada.
      Saya mau membeli buku perjuangan KMS dimana ya?
      Terima kasih. Selamat menghimpun kekuatan kembali untuk bendera yang diambil oleh orang2 yang tidak adil.
      Bravo. Mantap.
      • Dear Toa,
        Yach benar seperti yang Anda katakan. Buku tentang KMS agaknya banyak dijual. kami dulu punyak banyak (2 tahun silam) tapi sekarang sudah habis dan belum pernah mendapatkan lagi. Buku itu ditulis oleh Prof. Dr. Payung Bangun, MA. Semacam memoar pribadi KMS-lah. Saya banyak mengetahui KMS dari buku itu, dan mencoba menulis tentang sosok KMS dari sudut perjuangannya dan tujuan perjuangan itu. Soal ia dituduh sebagai desersi AD, bukan bahasan dari tulisan say ini.
        Salam
    3. Syaloom.., tulisan ini membuatku terkagum2, muda2han kelak Bangso Batak bisa mempunyai negara sendiri, yg jauh dari Intimidasi dan Pendeskritan.. Horas dan salam pembebasan..
      • Setuju tentu karena banyak dasar pertimbangannya, jika dalam 2-3 tahun belakangan ini, bangso batak khusus tidak mendapat tempat dalam membangun Persatuan Negara RI, jika Negara Indonesia masih NKRI, maka dengan prediksi 2015, Indonesia akan menjadi Negara Serikat sebagaimana yang diinginkan oleh UUDS tahun 1950 yaitu 18 Negara Serikat. Horas
    4. bisa nga lae. copi bukunya. lae beri alamat biar aku kirim uangnya melalui wesel.
    5. komentar.bole copi bukunya lae.
    6. Apa yang diceritakan dalam pengantar tentantg jatuhnya pesawat mustang yang ditembah jatuh di Saribudolok dan meninggal serta dimakamkan secara Katholik adalah benar adanya, namun pasukan tentara yang menembak tersebut bukanlah dibawah Komando dari Kol. Maludin Simbolon, tetapi oleh Pasukan yang dibentuk oleh Mayor Boyke Nainggolan dan Mayor Henry Siregar eks Komando Batalyon Melati Lapangan Benteng Medan yang setia kepada Kol Maludin Simbolon dengan membentuk satu Komando dengan nama Operasi Sabang Merauke. (bukan oleh PPRI, karena PRRI, tidak akan pernah ada di Tapanuli dan Sumatera Timur, PRRI ada di Sumatera Tengah bentukan Ahmad Husein pada tgl 17 Maret tahun 1958 dgn Perdana Menteri PRRI Syariffrudin Prawiranegara. Jadi, apabila ada sejarah menuliskan bahwa PRRI ada di Sumatera, itu kebohongan publik. Kol Maludin Simbolon tidak pernah berfikir sedikitpun membentuk suatu pemerintahan tandingan, dia setia kepda Negara Persatuan Republik Indonesia (NPRI), Pancasila dan UUD 1945 sesuai dengan Proklamasi Kemerdekaan 1945. Kol M. Simbolon benar memerintahkan kepada Letnan Kol. Ahmad Husein pada malam hari pukul 20.00 tgl 20 Desember 1956 melallui Radiogram kepada Ahmad Husein mencetuskan di Sumatera Tengah agar memutuskan untuk sementara waktu hubungan kepda Pemerintah Pusat, perintah ini dilakukan Kol. M Simbolon sebagai tanggungjawabnya selaku Panglima TT.I Bukit Barisan dan penanggungjawab wilayah. Hal ini dilakukannya karena kondisi sosial ekonomi di daerah sudah semakin parah, karena tidak ada perhatian Pemerintah Pusat ke Daerah. Untuk sementara demikianlah dulu komentar saya selaku anak dari salah satu prajurid TNI AD yang orang tua kami turut secara langsung bersama Mayor Boyke Nainggolan, Henry Siregar, Sahala Hutabarat, Nanti Sitorus, Sarumpaet dll.trima kasih.
    7. copas ya pak…..
      HIDUP SIMBOLON……………
    8. Memang yg terpromosi mengenai Kol. Simbolon ini adalah kata ‘pemberontakan’ , sehingga terkesan seolah tdk setuju dgn berdirinya RI ~ kita yg mendengar umumnya menelan begitu saja dan lalu percaya, kita tdk menyelidik apa motif keputusan sang kolonel ini ~ seandainya kita paham, apa yg diperjuangkan dan motifnya, mungkin kita juga akan berkata ‘memang sudah sepantasnya sang kolonel menunjukkan sikapnya itu’. Bagaimanapun, pahitnya kehidupan selama bertugas dan berjuang sdh ia rasakan, walaupun terdenagr jabatannya yg begitu wah, namun saya yakin kemewahan dimasa itu amatlah jauh dari yg ada sekarang utk jabatan yg sama.
      Jika pemerintah pusat memang tlh berbuat kesalahan sehingga terjadi pemberontakan, maka sdh seharusnya pula pemerintah pusat secara jujur mengakuinya,,, artinya bhw perlawanan sang kolonel bukannya tanpa alasan yg jelas.

    Comments RSS TrackBack Identifier URI

    Tinggalkan Balasan

    TAROMBO RAJA BATAK

    http://rajanabolon.files.wordpress.com/2010/10/rajabatak1.jpghttp://rajanabolon.files.wordpress.com/2010/10/rajabatak2.jpghttp://rajanabolon.files.wordpress.com/2010/10/rajabatak3.jpghttp://rajanabolon.files.wordpress.com/2010/10/rajabatak4.jpg

    Senin, 28 Juli 2014

    ASAL USUL ROROKIDUL ( BIDING LAUT ) DAN SANIANG NAGA ( GAJAHMADA ) DARI TANOH BATAK



    Di Sadur dari Artikel: AGUS SISWANTO DAN EKA SUPRIATNA





    Pada tgl. 6 Februari 2008 lalu, Misteri mendapat undangan seorang rekan bernama Malau. Beliau mengajak Misteri untuk mengikuti ritual di Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Sebuah ritual untuk mengungkap asal usul Kanjeng Ratu Kidul. Tentu saja tawaran itu Misteri sambut hangat. Terlebih ketika dia mengatakan bahwa Kanjeng Ratu Kidul berasal dari Tanah Batak.

    Sejauh ini terdapat berbagai pendapat seputar asal usul sosok Kanjeng Ratu Kidul. Ada yang mengatakan, Kanjeng Ratu Kidul sesungguhnya adalah Ratu Bilqis, isteri Nabi Sulaiman Alaihissalam. Dikisahkan, setelah wafatnya Nabi Sulaiman as., Ratu Bilqis mengasingkan dirinya ke suatu negeri. Di sana beliau bertapa hingga moksa atau ngahyang.





    Legenda lain seputar Kanjeng Ratu Kidul adalah Dewi Nawang Wulan, sosok bidadari yang pernah diperisteri Jaka Tarub. Sedangkan kisah lain tidak secara spesifik menyebutkan asal Kanjeng Ratu Kidul, kecuali dia puteri seorang raja di Tanah Jawa.

    Sinyalemen Kanjeng Ratu Kidul berasal dari Tanah Batak bukannya tanpa alasan. Isu ini pertama kali dibicarakan tahun 1985, ketika dalam suatu acara adat Batak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), beberapa orang mengangkat masalah ini. Tetapi rupanya tidak terlalu mendapat respon yang hadir. Isu pun tenggelam dengan sendirinya.

    Ketika Misteri membuka internet, hanya terdapat satu situs yang menyinggung masalah ini. Itupun hanya dalam beberapa baris kalimat saja. Demikian kutipannya:

    “Ini dia cerita tentang Ratu Laut Selatan yang dipercaya sebagian orang sebagai Biding Laut, saudara dari Saribu Raja yang notabene adalah keturunan Raja Batak.…tapi baca dulu kisahnya ya… siapa tau Nyi Roro Kidul emang keturunan Raja Batak”. (23 desember 2004, http://mappa.blogspot.com). Hanya sekilas saja kalimat yang menyinggung Kanjeng Ratu Kidul sebagai orang Batak.

    Padahal, sebagaimana diungkapkan Silalahi, di daerah Samosir ada seorang wanita yang kerap kali kemasukan roh Kanjeng Ratu Kidul. Wanita bernama Boru Tumorang ini sering mengaku sebagai Kanjeng Ratu Kidul ketika sedang trance. Itulah sebabnya, Boru Tumorang sengaja didatangkan ke Jawa untuk mengikuti ritual menguak asal usul Kanjeng Ratu Kidul.


    LEGENDA BIDING LAUT

    Sebelum melakukan perjalanan ke Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Misteri menyempatkan diri berbincang-bincang dengan Silalahi (40 thn), spiritualis yang akan memimpin ritual tersebut.

    “Legenda asal usul Kanjeng Ratu Kidul berasal dari Tanah Batak ini tidak lepas dari kisah Raja-raja Batak,” demikian Silalahi memulai ceritanya.

    Dikisahkan, perjalanan etnis Batak dimulai dari seorang raja yang mempunyai dua orang putra. Putra sulung diberi nama Guru Tatea Bulan dan kedua diberi nama Raja Isumbaon.

    Putra sulungnya, yakni Guru Tatea Bulan memiliki 11 anak (5 putera dan 6 puteri). Kelima putera bernama: Raja Uti, Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Lau Raja. Sedangkan keenam puteri bernama: Biding Laut, Siboru Pareme, Paronnas, Nan Tinjo, Bulan dan Si Bunga Pandan.

    Putri tertua yakni Biding Laut memiliki kecantikan melebihi adik perempuan lainnya. Dia juga memiliki watak yang ramah dan santun kepada orangtuanya. Karena itu, Biding Laut tergolong anak yang paling disayangi kedua orangtuanya.

    Namun, kedekatan orangtua terhadap Biding Laut ini menimbulkan kecemburuan saudara-saudaranya yang lain. Mereka lalu bersepakat untuk menyingkirkan Biding Laut.

    Suatu ketika, saudara-saudaranya menghadap ayahnya untuk mengajak Biding Laut jalan-jalan ke tepi pantai Sibolga. Permintaan itu sebenarnya ditolak Guru Tatea Bulan, mengingat Biding Laut adalah puteri kesayangannya. Tapi saudara-saudaranya itu mendesak terus keinginannya, sehingga sang ayah pun akhirnya tidak dapat menolaknya.

    Pada suatu hari, Biding Laut diajak saudara-saudaranya berjalan-jalan ke daerah Sibolga. Dari tepi pantai Sibolga, mereka lalu menggunakan 2 buah perahu menuju ke sebuah pulau kecil bernama Pulau Marsala, dekat Pulau Nias.

    Tiba di Pulau Marsala, mereka berjalan-jalan sambil menikmati keindahan pulau yang tidak berpenghuni tersebut. Sampai saat itu, Biding Laut tidak mengetahui niat tersembunyi saudara-saudaranya yang hendak mencelakakannya. Biding Laut hanya mengikuti saja kemauan saudara-saudaranya berjalan semakin menjauh dari pantai.

    Menjelang tengah hari, Biding Laut merasa lelah hingga dia pun beristirahat dan tertidur. Dia sama sekali tidak menduga ketika dirinya sedang lengah, kesempatan itu lalu dimanfaatkan saudara-saudaranya meninggalkan Biding laut sendirian di pulau itu.

    Di pantai, saudara-saudara Biding Laut sudah siap menggunakan 2 buah perahu untuk kembali ke Sibolga. Tetapi salah seorang saudaranya mengusulkan agar sebuah perahu ditinggalkan saja. Dia khawatir kalau kedua perahu itu tiba di Sibolga akan menimbulkan kecurigaan. Lebih baik satu saja yang dibawa, sehingga apabila ada yang menanyakan dikatakan sebuah perahunya tenggelam dengan memakan korban Biding Laut.

    Tapi apa yang direncanakan saudara-saudaranya itu bukanlah menjadi kenyataan, karena takdir menentukan lain.


    BIDING LAUT DI TANAH JAWA

    Ketika terbangun dari tidurnya, Biding Laut terkejut mendapati dirinya sendirian di Pulau Marsala. Dia pun berlari menuju pantai mencoba menemui saudara-saudaranya. Tetapi tidak ada yang dilihatnya, kecuali sebuah perahu.

    Biding laut tidak mengerti mengapa dirinya ditinggalkan seorang diri. Tetapi dia pun tidak berpikiran saudara-saudaranya berusaha mencelakakannya. Tanpa pikir panjang, dia langsung menaiki perahu itu dan mengayuhnya menuju pantai Sibolga.

    Tetapi ombak besar tidak pernah membawa Biding Laut ke tanah kelahirannya. Selama beberapa hari perahunya terombang-ombang di pantai barat Sumatera. Entah sudah berapa kali dia pingsan karena kelaparan dan udara terik. Penderitaannya berakhir ketika perahunya terdampar di Tanah Jawa, sekitar daerah Banten.

    Seorang nelayan yang kebetulan melihatnya kemudian menolong Biding Laut. Di rumah barunya itu, Biding Laut mendapat perawatan yang baik. Biding Laut merasa bahagia berada bersama keluarga barunya itu. Dia mendapat perlakuan yang sewajarnya. Dalam sekejap, keberadaannya di desa itu menjadi buah bibir masyarakat, terutama karena pesona kecantikannya.

    Dikisahkan, pada suatu ketika daerah itu kedatangan seorang raja dari wilayah Jawa Timur. Ketika sedang beristirahat dalam perjalanannya, lewatlah seorang gadis cantik yang sangat jelita bak bidadari dari kayangan dan menarik perhatian Sang Raja. Karena tertariknya, Sang Raja mencari tahu sosok jelita itu yang ternyata Biding Laut. Terpesona kecantikan Biding Laut, sang raja pun meminangnya.

    Biding Laut tidak menolak menolak pinangan itu, hingga keduanya pun menikah. Selanjutnya Biding Laut dibawanya serta ke sebuah kerajaan di Jawa Timur.


    TENGGELAM DI LAUT SELATAN

    Biding Laut hidup berbahagia bersama suaminya yang menjadi raja. Tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Terjadi intrik di dalam istana yang menuduh Biding Laut berselingkuh dengan pegawai kerajaan. Hukum kerajaan pun ditetapkan, Biding Laut harus dihukum mati.

    Keadaan ini menimbulkan kegalauan Sang Raja. Dia tidak ingin isteri yang sangat dicintainya itu di hukum mati, sementara hukum harus ditegakkan. Dalam situasi ini, dia lalu mengatur siasat untuk mengirim kembali Biding Laut ke Banten melalui lautan.

    Menggunakan perahu, Biding Laut dan beberapa pengawal raja berangkat menuju Banten. Mereka menyusuri Samudera Hindia atau yang dikenal dengan Laut Selatan.

    Namun malang nasib mereka. Dalam perjalanan itu, perahu mereka tenggelam diterjang badai. Biding Laut dan beberapa pengawalnya tenggelam di Laut Selatan.

    Demikianlah sekelumit legenda Biding Laut yang dipercaya sebagai sosok asli Kanjeng Ratu Kidul.

    “Dalam legenda raja-raja Batak, sosok Biding Laut memang masih misterius keberadaannya, Sedangkan anak-anak Guru Tatea Bulan yang lain tercantum dalam legenda,” kata Silalahi dengan mimik serius.

    Sementara itu, Boru Tumorang (45 thn) mengaku sudah lama dirinya sering kemasukan roh Kanjeng Ratu Kidul. Terutama terjadi saat kedatangan tamu yang minta tolong dirinya untuk melakukan pengobatan. Tetapi Boru Tumorang tidak mengerti mengapa raganya yang dipilih Kanjeng Ratu Kidul. Semuanya terjadi diluar keinginannya.

    kanjeng ratu laut kidul berasal dari tanah batak (bagian 2)
    RITUAL PEMANGGILAN KANJENG RATU KIDUL


    Untuk membuktikan keberadaan sosok legenda Biding Laut yang dipercaya sebagai Kanjeng Ratu Kidul, Misteri bersama 8 orang rekan yang semuanya bersuku Batak sengaja datang ke Pelabuhan Ratu untuk melakukan ritual pemanggilan roh Kanjeng Ratu Kidul.

    Lokasi pertama adalah makam Guru Kunci Batu Kendit Abah Empar. Lokasi ini cukup dikenal masyarakat, terutama yang hendak melakukan ritual pemanggilan Kanjeng Ratu Kidul. Konon, di tempat ini Kanjeng Ratu Kidul memang biasa muncul.

    Sebelum melakukan ritual, sebagaimana biasanya beberapa ubo rampe telah disiapkan, diantaranya: jeruk, jeruk purut, apel, daun sirih, pisang raja, anggur, minyak jin, kembang sepatu, tepung beras, kelapa dan gula (itaguruguru-bahasa Batak).

    Sekitar pukul 22.30 malam, dimulailah acara ritual pemanggilan roh Kanjeng Ratu Kidul. Ketika itu, Silalahi dan Boru Tumorang tampak membaca mantera-mantera. Beberapa saat kemudian, Silalahi mulai menampakkan perubahan ekspresi wajah. Sosok gaib yang dipanggil tampaknya telah merasuk ke dalam raganya. Belakangan Misteri mengetahui, sosok gaib itu adalah roh Raja Batak.

    Sementara dalam waktu hampir bersamaan, Boru Tumorang pun memperlihatkan ekspresi kesurupan. Tiba-tiba tubuhnya tersungkur lalu merangkak bergeser posisi. Setelah itu, dia kembali duduk dengan wajah tertunduk dan mata terpejam. Roh Kanjeng Ratu Kidul telah merasuk ke dalam raga wanita asal Samosir ini.

    Terjadilah dialog dalam bahasa Batak antara Silalahi (yang sudah kemasukan roh Raja Batak) dengan Boru Tumorang dan beberapa orang yang hadir. Sepanjang dialog itu, ekspresi wajah Boru Tumorang berubah-ubah. Terkadang tersenyum, tertawa, menangis dan melantunkan lagu berisi sejumlah nasehat.

    Kalimat pertama yang diucapkan Kanjeng Ratu Kidul adalah

    ”Kenapa baru sekarang kalian datang untuk menemui saya? Padahal saya sudah lama berada di sini,”ujar Kanjeng Ratu Kidul melalui bibir Boru Tumorang.

    Ketika salah seorang yang hadir bertanya tentang Biding Laut, seketika Kanjeng Ratu Kidul menukas,” Ya, sayalah Biding Laut. Terserah apakah kalian akan percaya atau tidak.”

    Selanjutnya dialog meluncur begitu saja. Beberapa dialog yang Misteri catat diantaranya saat Boru Tumorang menangis sambil berkata:

    “Boasa gudang hamo nalupa tuauito (kenapa kalian sudah lupa sama saya)?” ujar Kanjeng Ratu Kidul melalui bibir Boru Tumorang. “Ahado sisukunonmuna (Apa yang kalian mau pertanyakan)?” lanjut Kanjeng Ratu Kidul.

    “Hamirotuson nanboru namagido tangiansiangho (Kami datang kesini untuk minta doa dari Nyai),” jawab salah seorang yang hadir.

    “Asadikontuhata pasupasu dohut rajohi (Biar diberikan Tuhan berkat kepada kami),” kata yang lain.

    Tampak Boru Tumorang menggoyang-goyangkan tubuhnya. Kepalanya seperti digelengkan, terkadang mengangguk-angguk. Sesaat kemudian dia berkata,

    “Posmaruham, paubahamuma pangalaho rohamuna (Percayalah. Asalkan kalian berubah sikap dan tingkah laku menjadi lebih baik, itu pasti akan terjadi).”

    Selanjutnya dia berkata lagi,”Asarat martonggo mahita tuoputa (Marilah kita bersama-sama berdoa kepada Tuhan).”

    “Molonang muba rohamu nalaroma balainna he he mamuse kuti tuinjang (Kalau tidak berubah sikap dengan baik akan muncul bencana lagi-tsunami)”

    “Dangdiadia dope namasae naosolpu nalaroma muse naung gogosiani (Belum seberapa bencana yang sudah lalu. Lebih dahsyat bencana yang akan datang lagi. Kalau kalian tidak percaya kepada Tuhan).”

    Nasehat Kanjeng Ratu Kidul itu tampaknya ditujukan ke semua orang. Sedangkan kepada anak keturunannya dari suku Batak, Kanjeng Ratu Kidul berkata,

    ”Posmarohamu amang paboanhudoi tuhamu pomparanhu dibagasan parnipion (Percayalah. Semua keturunanku akan saya beritahukan lewat mimpi masing-masing).”

    “Posmaroham amang patureon hudo sube popparamme (Percayalah, akan saya bantu dan saya tolong semua keturunannmu ini).

    Kanjeng Ratu Kidul juga berpesan kepada semua manusia agar tidak membeda-bedakan suku,

    ”Pabohamu tumanisiae asa unang mambedahon popparanhisude (Beritahu kepada semua manusia supaya tidak membedakan suku).”

    Dialog dengan roh Kanjeng Ratu Kidul itu berlangsung sekitar setengah jam. Isi dialog sarat dengan nasehat kepada manusia agar selalu berbuat kebajikan.

    Namun yang pasti, dalam dialog itu juga Kanjeng Ratu Kidul menceritakan sosok asal usul dirinya dan nama aslinya.

    Upaya penelusuran ini membuka wacana baru seputar asal usul Kanjeng Ratu Kidul. Acara ritual ini pun tidak dimaksudkan untuk membenarkan satu fihak. Sebagaimana dikatakan Silalahi,

    “Kami tidak bermaksud mengklaim kebenaran pendapat kami,”ujar Silalahi sambil tersenyum. “Tetapi kami hanya mencoba mengangkat kembali sebuah isu yang sudah lama berkembang di daerah kami. Kebenarannya boleh saja diperdebatkan,” lanjutnya.

    Benar apa yang dikatakannya. Sosok gaib Kanjeng Ratu Kidul memang layak diperdebatkan. Keberadaan maupun asal usulnya bisa darimanapun juga. Tetapi yang pasti, nasehat-nasehat Kanjeng Ratu Kidul yang diucapkan melalui medium yang keserupan, seringkali mengingatkan kita untuk selalu percaya kepada Tuhan.

    Rabu, 23 Juli 2014

    Kaban bppt p.siantar

    lipanri-online
    Selama Tahun 2013 BPPT Kota P Siantar Terbitkan 5.087 Izin
    Selasa, 4 Februari 2014 | 11:50:03
    SIB/dok
    Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Pematangsiantar Drs Esron Sinaga MSi
    Pematangsiantar (SIB)- Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Pematangsiantar di tahun 2013 telah menerbitkan 5.087 izin seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Izin gangguan (HO), Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Tanda Daftar Gudang (TDG), Tanda Daftar Industri (TDI), Izin Usaha Jasa Konstruksi, Izin Usaha Industri, Usaha Angkutan, Reklame, Usaha Kepariwisataan, pemakaian lapangan H Adam Malik, pemakaian GOR, pemakaian Lapangan H Adam Malik, kartu izin berjualan dan izin trayek dan lainnya.

    Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Pematangsiantar Drs Esron Sinaga MSi kepada SIB, Senin (3/2/2014) di ruang kerjanya.

    Untuk itulah diharapkan agar masyarakat yang memiliki usaha untuk segera mendaftarkan usahanya kepada pihak terkait seperti BPPT sehingga masyarakat memperoleh keabsahan dan lancar dalam menjalankan usahanya. Sangat disayangkan masih minimnya kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan usaha yang dikelolanya. Padahal sangatlah penting dan bermanfaat.

    Dengan telah didaftarkannya maupun telah memperoleh surat izin baik IMB, HO, SIUP, TDP dan lainnya maka pengusaha dapat dengan lancar dalam menjalankan usaha yang dikelolanya dan bisa memperoleh manfaat. Untuk itulah sangatlah diharapkan agar masyarakat maupun para pengusaha yang akan menanamkan modalnya maupun berinvestasi di kota Pematangsiantar dapat mengurus izin terlebih dahulu.

    BPPT Kota Pematangsiantar lanjutnya tidak pernah mempersulit dalam pengurusan izin, asalkan sesuai dengan peraturan maupun persyaratan yang telah ditentukan. Pihaknya sangatlah mendukung dan senantiasa memperlancar bagi masyarakat yang mengurus izin.

    “Apabila persyaratan telah dilengkapi dan sesuai dengan ketentuan, maka pihaknya akan segera memprosesnya dan tidak mau memperlambat maupun mempersulitnya,” ujarnya. (C4/q)
    lipanri-online
    Selama Tahun 2013 BPPT Kota P Siantar Terbitkan 5.087 Izin
    Selasa, 4 Februari 2014 | 11:50:03
    SIB/dok
    Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Pematangsiantar Drs Esron Sinaga MSi
    Pematangsiantar (SIB)- Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Pematangsiantar di tahun 2013 telah menerbitkan 5.087 izin seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Izin gangguan (HO), Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Tanda Daftar Gudang (TDG), Tanda Daftar Industri (TDI), Izin Usaha Jasa Konstruksi, Izin Usaha Industri, Usaha Angkutan, Reklame, Usaha Kepariwisataan, pemakaian lapangan H Adam Malik, pemakaian GOR, pemakaian Lapangan H Adam Malik, kartu izin berjualan dan izin trayek dan lainnya.

    Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Pematangsiantar Drs Esron Sinaga MSi kepada SIB, Senin (3/2/2014) di ruang kerjanya.

    Untuk itulah diharapkan agar masyarakat yang memiliki usaha untuk segera mendaftarkan usahanya kepada pihak terkait seperti BPPT sehingga masyarakat memperoleh keabsahan dan lancar dalam menjalankan usahanya. Sangat disayangkan masih minimnya kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan usaha yang dikelolanya. Padahal sangatlah penting dan bermanfaat.

    Dengan telah didaftarkannya maupun telah memperoleh surat izin baik IMB, HO, SIUP, TDP dan lainnya maka pengusaha dapat dengan lancar dalam menjalankan usaha yang dikelolanya dan bisa memperoleh manfaat. Untuk itulah sangatlah diharapkan agar masyarakat maupun para pengusaha yang akan menanamkan modalnya maupun berinvestasi di kota Pematangsiantar dapat mengurus izin terlebih dahulu.

    BPPT Kota Pematangsiantar lanjutnya tidak pernah mempersulit dalam pengurusan izin, asalkan sesuai dengan peraturan maupun persyaratan yang telah ditentukan. Pihaknya sangatlah mendukung dan senantiasa memperlancar bagi masyarakat yang mengurus izin.

    “Apabila persyaratan telah dilengkapi dan sesuai dengan ketentuan, maka pihaknya akan segera memprosesnya dan tidak mau memperlambat maupun mempersulitnya,” ujarnya. (C4/q)

    Arsip Blog

    Translate

    .btn-space{text-align: center;} .ripple {text-align: center;display: inline-block;padding: 8px 30px;border-radius: 2px;letter-spacing: .5px;border-radius: 2px;text-decoration: none;color: #fff;overflow: hidden;position: relative;z-index: 0;box-shadow: 0 2px 5px 0 rgba(0, 0, 0, 0.16), 0 2px 10px 0 rgba(0, 0, 0, 0.12);-webkit-transition: all 0.2s ease;-moz-transition: all 0.2s ease;-o-transition: all 0.2s ease;transition: all 0.2s ease;} .ripple:hover {box-shadow: 0 5px 11px 0 rgba(0, 0, 0, 0.18), 0 4px 15px 0 rgba(0, 0, 0, 0.15);} .ink {display: block;position: absolute;background: rgba(255, 255, 255, 0.4);border-radius: 100%;-webkit-transform: scale(0);-moz-transform: scale(0);-o-transform: scale(0);transform: scale(0);} .animate {-webkit-animation: ripple 0.55s linear;-moz-animation: ripple 0.55s linear;-ms-animation: ripple 0.55s linear;-o-animation: ripple 0.55s linear;animation: ripple 0.55s linear;} @-webkit-keyframes ripple {100% {opacity: 0;-webkit-transform: scale(2.5);}} @-moz-keyframes ripple {100% {opacity: 0;-moz-transform: scale(2.5);}} @-o-keyframes ripple {100% {opacity: 0;-o-transform: scale(2.5);}} @keyframes ripple {100% {opacity: 0;transform: scale(2.5);}} .red {background-color: #F44336;} .pink {background-color: #E91E63;} .blue {background-color: #2196F3;} .cyan {background-color: #00bcd4;} .teal {background-color: #009688;} .yellow {background-color: #FFEB3B;color: #000;} .orange {background-color: #FF9800;} .brown {background-color: #795548;} .grey {background-color: #9E9E9E;} .black {background-color: #000000;}