Pemberdayaan Perempuan Bantu Selesaikan Masalah Kemiskinan
MEDAN,( kbn lpanri )
Kemiskinan adalah fenomena multidimensional. Karena itu,
masalah kemiskinan harus didekati dalam berbagai aspek, termasuk di antaranya
aspek gender. Pemberdayaan dan partisipasi perempuan perlu terus didorong,
dengan harapan bisa membantu selesaikan masalah kemiskinan.
FOTO
Sekretaris
Daerah Provinsi Sumatera Utara (Sekdaprovsu) R Sabrina menghadiri sekaligus
membuka kegiatan Diskusi Tematik Perempuan dan Kemiskinan yang diselenggarakan
oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sumatera Utara di Lili Meeting Room
Lantai 1 Hotel Grand Mercure Jalan Prof. H. M Yamin Medan, Sabtu (30/11/2019).
Hal ini diutarakan Sekretaris Daerah Provinsi
(Sekdaprov) Sumatera Utara (Sumut) R
Sabrina saat membuka Diskusi Tematik Perempuan dan Kemiskinan di Provinsi Sumut
Tahun 2019, di Lili Meeting Room, lantai 1 Hotel Grand Mercure, Jalan Sutomo,
Medan, Sabtu (30/11).
Diskusi dihadiri puluhan peserta mewakili Dinas PPPA Sumut
dan Medan, Ormas Perempuan, akademisi, dan pelaku usaha. Turut hadir sebagai
pembicara yakni Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (PPPA) RI Pribudiarta Nur Sitepu, Staf Ahli Menteri PPPA RI Bidang
Penanggulangan Kemiskinan Titi Eko Rahayu, Kepala Dinas PPPA Sumut Nurlela, Akademisi Prof Ritha F Dhalimunthe,
dan mewakili Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut.
"Sudah banyak penelitian yang menyebut bahwa
meningkatkan pemberdayaan dan partisipasi perempuan khususnya di sektor ekonomi
bisa membantu mengentaskan kemiskinan. Ibu rumah tangga yang bekerja misalnya
bisa membantu bapak memenuhi kebutuhan atau belanja dasar keluarga," ujar
Sabrina.
Pemberdayaan ini, kata Sabrina, harus diiringi dengan
membantu para perempuan mengakses wadah dan ruang untuk meningkatkan kemampuan
diri. Sehingga, dirinya memiliki keahlian yang ditawarkan untuk bisa berdaya
dan mandiri. "Untuk itu, di sini perlu kita diskusikan bersama,
solusi-solusi yang bersifat aplikatif di lapangan," tuturnya.
Sabrina menilai ada dua hal mendasar masalah pemberdayaan
perempuan. Pertama yaitu terkait lemahnya akses perempuan terhadap institusi
keuangan formal. Kedua yaitu lemahnya suara perempuan dalam pengambilan
keputusan di tingkat nasional, regional, dan daerah. "Mudah-mudahan lewat
diskusi ini, hal mendasar ini bisa kita bahas dan selesaikan. Mari kita ikuti
diskusi ini dengan seriusa," ajak Sabrina, saat membuka diskusi secara
resmi.
Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (PPPA) RI Pribudiarta Nur Sitepu mengatakan bahwa menurut
data indeks pemberdayaan gender, peran perempuan di sektor publik akan terus
meningkat. Pada tahun 2024, diproyeksikan tenaga kerja profesional perempuan
akan mencapai 48.7 persen. "Artinya sumbangan pendapatan perempuan akan
meningkat mencapai 40 persen," katanya.
Ada banyak peluang dan ruang bagi perempuan untuk bekerja
tanpa meninggalkan urusan domestiknya di era industri 4.0 saat ini. Bekerja di
rumah melalui komputer bisa memberikan penghasilan. "Untuk itu, saat in
iyang perlu juga kita bahas dalam diskusi ini adalah peningkatan kapablitas
perempuan di era digital," pesan Pribudiarta.
Sebelumnya, Staf Ahli Menteri PPPA RI Bidang Penanggulangan
Kemiskinan Titi Eko Rahayu menyebut bahwa diskusi tematik di Sumut ini
merupakan diskusi ketiga yang lakukan Kementerian PPPA setelah terlaksana di
Yogyakarta dan Jawa Timur. Harapannya, untuk memperoleh masukan, rekomendasi,
serta solusi terkait masalah penanggulangan kemiskinan yang peka gender.
"Karena penelitian menyebutkan bahwa 70 persen penduduk
miskin itu adalah perempuan. Menteri perekonomian kita tahun 2018 menyebut
bahwa penduduk miskin Indonesia 60 persen itu adalah perempuan, mudah-mudahan
upaya kita lewat diskusi tematik ini bisa mengubah situasi tersebut,"
harapnya.( limber sinaga )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Undangan