Sejarah Kerajaan Sriwijaya Lengkap
Mei 4, 2017 Oleh ibnuasmara
Sejarah Kerajaan Sriwijaya Lengkap ( lipanri online ). Kerajaan Sriwijaya atau
biasa disebut Srivijaya adalah salah satu kerajaan maritim yang kuat di wilayah
pulau Sumatera dan memberi pengaruh banyak di Nusantara dengan daerah kekuasaan
membentang dari Thailand, Kamboja, Semenanjung Malaya, Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Didalam
bahasa Sansekerta, sri artinya “bercahaya” dan wijaya artinya “kemenangan”.
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan Sriwijaya ini
berawal dari abad ke-7, I Tsing, seorang pendeta Tiongkok, menuliskan bahwa ia
tinggal selama 6 bulan saat mengunjungi Sriwijaya tahun 671. Prasasti sejarah
yang paling tua mengenai Kerajaan Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, di
Palembang yaitu prasasti Kedukan Bukit, pada tahun 682.
Dikarenakan terjadi beberapa peperangan diantaranya serangan
dari raja Dharmawangsa Teguh di tahun 990 dari Jawa menjadikan pengaruh
Kerajaan Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai berkurang, dan serangan
Rajendra Chola I dari Koromandel di tahun 1025, selanjutnya di tahun 1183
Sriwijaya dibawah kendali kekuasaan kerajaan Dharmasraya.
Setelah Sriwijaya runtuh, kerajaan ini terlupakan dan
eksistensinya baru diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan George
Cœdès dari Perancis.
Sejarah Kerajaan Sriwijaya Lengkap
Sejarah Kerajaan Sriwijaya Lengkap
fastrans22.blogspot.co.id
Tidak ditemukan catatan lebih lanjut mengenai Kerajaan
Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya yang sudah terlupakan dibentuk
kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia terkini yang mendengar
mengenai sejarah Kerajaan Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana
Perancis George Cœdès menyebarkan enemuannya dalam koran berbahasa Belanda dan
Indonesia.
Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok dalam
“San-fo-ts’i”, sebelumnya dibaca “Sribhoja”, dan beberapa prasasti dalam Melayu
Kuno bersumber pada kekaisaran yang sama.
Kerajaan Sriwijaya menjadi icon kebesaran Sumatera awal, dan
kerajaan besar Nusantara di Jawa Timur selain Majapahit. Pada abad ke-20, kedua
kerajaan tersebut menjadi rujukan oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan
bahwasanya Indonesia adalah satu kesatuan negara sebelelum kolonialisme
Belanda.
Tertulis berbagai macam nama Sriwijaya. Orang Tionghoa
menyebutnya San-fo-ts’i Shih-li-fo-shih atau atau San Fo Qi. Dalam bahasa Pali
dan Sansekerta, kerajaan Sriwijaya disebut Javadeh dan Yavadesh. Khmer
menyebutnya Malayu dan bangsa Arab menyebutnya Zabaj.
Banyaknya nama menjadi alasan lain mengapa Sriwijaya sangat
sulit ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan mengenai
adanya 3 pulau Sabadeibei yang dimungkinkan berkaitan dengan Sriwijaya.
Pierre-Yves Manguin melakukan observasi Sekitar tahun 1993 dan berpendapat
bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Sabokingking
dan Seguntang (terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang).
Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Kerajaan
Sriwijaya terletak pada wilayah sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak
sampai Muara Tembesi (di provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Malayu tidak
di wilayah tersebut.
Jika Malayu pada wilayah tersebut, ia cendrung pada pendapat
Moens, yang sebelumnya juga telah
mengeluarkan pendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya berada
pada wilayah Candi Muara Takus provinsi Riau sekarang),
dengan perkiraan petunjuk arah perjalanan dalam catatan I
Tsing, serta hal ini juga dapat dikaitkan denganadanya berita tentang pembangunan sebuah candi yang
dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri
Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina yang diberi nama cheng tien
wan shou (Candi Bungsu, sebagian dari candi yang terletak di Muara Takus).
Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I,
berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukotakan di Kadaram (Kedah
sekarang).
Pembentukan dan pertumbuhan Kerajaan Sriwijaya
Sejarah Kerajaan Sriwijaya Lengkap
2.bp.blogspot.com
Belum banyak bukti fisik mengenai Kerajaan Sriwijaya yang
bisa ditemukan. Kerajaan ini merupakan negara maritim dan menjadi pusat
perdagangan, namun kerajaan ini tidak meluaskan kekuasaannya di luar wilayah
kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk sebuah
populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di wilayah barat.
Beberapa ahli masih berselisih kawasan yang menjadi pusat
pemerintahan Sriwijaya, selain itu bisa jadi kerajaan ini biasa memindahkan
pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota masih tetap
diperintah secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya
dipimpin oleh datu setempat.
Sesuai dengan catatan I Tsing, Kekaisaran Sriwijaya telah
ada sejak tahun 671, pada tahun 682 dari prasasti Kedukan Bukit di diketahui
imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini, orang
Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Kedah dan Malayu menjadi
bagian kekuasaan Sriwijaya.
Berdasarkan prasasti Kota Kapur pada tahun 686 ditemukan di
pulau Bangka, bagian selatan Sumatera ini telah dikuasai kemaharajaan
Sriwijaya, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung.
Prasasti ini juga menyatakan bahwa Sri Jayanasa telah
melancarkan petualangan militer untuk menghukum Bumi Jawa yang tidak mau
berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Kerajaan
Holing (Kalingga) di Jawa Tengah dan Tarumanagara di Jawa Barat yang
kemungkinan besar akibat diserang Sriwijaya.
Sriwijaya tumbuh dan sukses mengendalikan jalur perdagangan
maritim di Selat Sunda, Selat Malaka, Laut Jawa, Laut China Selatan, dan Selat
Karimata. Ekspansi kerajaan ini ke Semenanjung Malaya dan Jawa, menjadikan
Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan di Asia Tenggara.
Berdasarkan penelitian, ditemukan reruntuhan candi-candi
Sriwijaya di Kamboja dan Thailand. Pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina di
abad ke-7, mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal
tersebut, Maharaja Dharmasetu melakukan beberapa serangan ke kota-kota pantai
di Indochina.
Kota Indrapura di wilayah tepi sungai Mekong, di awal abad
ke-8 berada di bawah kendali Kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan
dominasinya atas Kamboja, sampai pendiri imperium Khmer, raja Khmer Jayawarman
II, di abad yang sama memutuskan hubungan dengan Sriwijaya.
Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain
Holing dan Tarumanegara berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan,
wangsa Sailendra pada masa ini pula bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa
disana. Di abad ini pula, di semenanjung Melayu Langkasuka menjadi bagian
kerajaan. Di masa berikutnya, Trambralinga dan Pan Pan, yang terletak di
sebelah utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh Kerajaan Sriwijaya.
Setelah Dharmasetu,
yang menjadi penerus kerajaan adalah Samaratungga. Ia berkuasa pada tahun 792
sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak
melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih perkuat penguasaan Sriwijaya
di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, Samaratungga membangun candi Borobudur di
Jawa Tengah yang selesai pembangunannya pada tahun 825.
Agama dan Budaya
Sejarah Kerajaan Sriwijaya Lengkap
upload.wikimedia.org
Sebagai pusat pengajaran Agama Buddha Vajrayana, Sriwijaya
menarik banyak peziarah dan sarjana dari berbagai negara di Asia. Antara lain I
Tsing seorang pendeta dari Tiongkok, yang melakukan ekspansi ke Sumatera dalam
perjalanan belajarnya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695,
dan di abad ke-11, Atisha, seorang sarjana Buddha dari Benggala yang berperan
dalam perkembangan Buddha Vajrayana di Tibet.
I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya sebagai rumah bagi
sarjana Buddha sehingga menjadi sebuah pusat pembelajaran agama Buddha.
Pelancong yang datang ke pulau ini menyatakan bahwa koin emas telah dipergunakan
di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana juga turut berkembang di
Sriwijaya.
budaya India banyak mempengaruhi Kerajaan Sriwijaya, diawali
oleh budaya Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Raja-raja Sriwijaya
berhasil menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari
abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung ikut serta mengembangkan
kebudayaan Melayu beserta bahasanya di Nusantara.
Sangat memungkinkan bahwa Sriwijaya yang terkenal sebagai
pusat bandar perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat dari para
pedagang dan ulama muslim dari wilayah Timur Tengah. Sehingga beberapa kerajaan
yang awalnya merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh berkembang
menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat
melemahnya kekuasaan Sriwijaya.
Ada sumber yang menyatakan, karena adanya pengaruh orang
muslim Arab yang banyak berkunjung di Sriwijaya, maka pada tahun 718 Sri
Indrawarman raja Sriwijaya memeluk Islam. Sehingga sangat memungkinkan
kehidupan sosial Sriwijaya ialah masyarakat sosial yang di dalamnya ada
masyarakat Muslim dan Budha sekaligus.
Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya mengirimkan surat ke
khalifah Islam di Suriah. Pada salah satu teks berisi permintaan agar khalifah
sudi mengirimkan da’i ke istana Sriwijaya, surat itu ditujukan kepada khalifah
Umar bin Abdul Aziz (717-720M).
Perdagangan
Sejarah Kerajaan Sriwijaya Lengkap
mendoldilangit.blogspot.co.id
Di dalam dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi penguasa dalam
mengendalikan jalur perdagangan antara Tiongkok dan India, yakni dengan
penguasaan atas selat Sunda dan selat
Malaka. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya mempunyai aneka komoditi seperti
kayu gaharu, kapur barus, kepulaga cengkeh, pala,, gading, timah, dan emas, yang membuat raja Sriwijaya kaya
seperti raja-raja di India.
Kekayaan yang amat banyak ini telah memungkinkan Sriwijaya
membeli kesetiaan dari vassal-vassalnya di seluruh Asia Tenggara.
Pada paruh pertama abad ke-10, diantara jatuhnya dinasti
Tang dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup heboh,
terutama Fujian, negeri kaya Guangdong, kerajaan Min, dan kerajaan Nan Han. Tak
diragukan lagi Sriwijaya merauk keuntungan dari perdagangan ini.
Kehidupan Politik Kerajaan Sriwijaya
Sejarah Kerajaan Sriwijaya Lengkap
kisahasalusul.blogspot.com
Untuk memperkuat posisi kekuasaannyanya atas penguasaan
kawasan di Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin hubungan diplomasi dengan kekaisaran
China, dan sering mengantarkan utusan beserta upeti.
Pada masa pertama kerajaan Khmer adalah daerah jajahan
Sriwijaya. Banyak sejarawan mengaku bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani,
Thailand Selatan, sebagai ibu kota kerajaan
Khmer, pengaruh Sriwijaya terlihat pada bangunan pagoda Borom That yang
arsitektur Sriwijaya. Setelah Sriwijaya jatuh, Chaiya terbagi menjadi tiga kota
yaitu (Mueang) Chaiya, Khirirat Nikhom, dan Thatong (Kanchanadit).
Sriwijaya juga ada hubungan dekat dengan kerajaan Pala dari
Benggala, pada prasasti Nalanda mencatat bahwasanya raja Balaputradewa
memberikan sebuah biara kepada Universitas Nalanda.
Hubungan dengan dinasti Chola di selat India juga cukup
baik, dari prasasti Leiden mencatat bahwa raja Sriwijaya telah membangun vihara
yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma, namun setelah Rajendra Chola I
naik tahta yang melakukan penyerangan di abad ke-11 hubungan antara Sriwijaya
dan raja Balaputradewa menjadi buruk.
Kemudian pada masa Kulothunga Chola I hubungan ini kembali
membaik, di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirim utusan yang meminta
diikrarkannya pengumuman pembebasan cukai di kawasan sekitar Vihara
Culamanivarmma tersebut.
Namun pada masa ini Sriwijaya dicap telah menjadi bagian
dari dinasti Chola, dari kronik Tiongkok disebutkan bahwa Kulothunga Chola I
(Ti-hua-ka-lo) sebagai raja San-fo-ts’i pada tahun 1079 ikut serta membantu
perbaikan candi di dekat Kanton, pada masa dinasti Song candi ini dijuluki
dengan nama Tien Ching Kuan sedangkan pada masa dinasti Yuan dijuluki dengan
nama Yuan Miau Kwan.
Struktur pemerintahan
Sejarah Kerajaan Sriwijaya Lengkap
indonesiakaya.com
Pembentukan negara satu kesatuan dalam ukuran struktur
kekuasaan politik Sriwijaya, dapat dilcari dari beberapa prasasti yang di
dalamnya mengandung info penting tentang mandala, kadātuan, samaryyāda, vanua,
dan bhūmi.
Kadātuan dapat diartikan kawasan dātu, (tanah rumah) tempat
tinggal, tempat mas disimpan dan hasil cukai (drawy) sebagai wilayah yang harus
dijaga. Kadātuan ini dikelilingi vanua, yang bisa dianggap sebagai wilayah kota
dari Sriwijaya yang di dalamnya terkandung vihara untuk tempat beribadah untuk
masyarakatnya.
Vanua dan Kadātuan ini merupakan suatu wilayah inti bagi
Kerajaan Sriwijaya. Menurut Casparis, samaryyāda merupakan wilayah yang
bersebrangan dengan vanua, yang terhubung ke jalan khusus (samaryyāda-patha)
yang dapat dimaksudkan kawasan pedalaman. Sedangkan mandala adalah suatu
kawasan yang berdiri sendiri dari bhūmi yang berada dalam kontrol kekuasaan
kadātuan Sriwijaya.
Penguasa Sriwijaya disebut dengan Maharaja atau Dapunta Hyang, dan dalam silsilah raja
terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra
mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak
menuturkan berbagai jabatan dalam susunan pemerintahan kerajaan di masa
Sriwijaya.
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Sejarah Kerajaan Sriwijaya Lengkap
caleblira.tk
Kerajaan maritim menjadi ciri Kemaharajaan Sriwijaya,
mengandalkan kekuasaannya pada kekuatan armada lautnya dalam langkah menguasai
alur pelayaran, jalur perdagangan, dan membangun beberapa kawasan strategis
sebagai pangkalan armadanya dalam melindungi kapal-kapal dagang, mengawasi,
mengambil cukai serta menjaga wilayah kekuasaan dan kedaulatannya.
Sejarah dan bukti arkeologi mencatat, pada abad ke-9
Sriwijaya telah melakukan rebut kekuasaan di hampir seluruh kerajaan-kerajaan
wilayah Asia Tenggara, antara lain: Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya,
Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Dominasi atas Selat Sunda dan Selat Malaka, menjadikan
Sriwijaya sebagai pengendali jalan perdagangan rempah dan perdagangan lokal
yang mentarif biaya atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan
kekayaannya sebagai gudang perdagangan dan pelabuhan yang melayani pasar India
dan Tiongkok,.
Sriwijaya juga disebut ikut berperan dalam menghancurkan
kerajaan Medang di tanah Jawa, dalam prasasti Pucangan dijelaskan sebuah
peristiwa Mahapralaya adalah peristiwa hancurnya istana Medang di tanah Jawa
Timur, di mana Haji Wurawari asal Lwaram yang dimungkinkan merupakan raja
bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang yang menyebabkan
terbunuhnya Dharmawangsa Teguh raja Medang terakhir.
Raja Terkenal Kerajaan Sriwijaya
Sejarah Kerajaan Sriwijaya Lengkap
www.wacana.co
Raja-raja yang diketahui pernah menjabat sebagai Kerajaan
Sriwijaya adalah sebagai berikut:
Raja Daputra Hyang: Cerita mengenai raja Daputra Hyang
ditemukan melalui prasasti Kedukan Bukit (683 M). Pada masa kekuasaannya, Raja
Dapunta Hyang telah sukses memperluas daerah kekuasaannya sampai ke tanah
Jambi. Sedari awal pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang bercita-cita supaya
Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.
Raja Dharmasetu: Pada masa kekuasaan Raja Dharmasetu,
Kerajaan Sriwijaya meluas sampai ke
wilayah Semenanjung Malaya. Bahkan, Kerajaan Sriwijaya disana membangun
sebuah pangkalan di wilayah Ligor. Selain itu, Kerajaan Sriwijaya juga sanggup
menjalin hubungan dengan Negri India dan China. Setiap kapal yang melayar dari
China dan India selalu mampir di Bandar-bandar Sriwijaya.
Raja Balaputradewa: Berita mengenai raja Balaputradewa awal
diketahui dari catatan Prasasi Nalanda. Raja Balaputradewa menjabat sekitar
abad ke-9, pada masa kekuasaannya, kerajaan Sriwijaya berkembang cepat menjadi
kerajaan besar dan menjadi sebuah pusat agama Buddha di Asia Tenggara.
Ia menjalin sebuah hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di
India seperti Cola dan Nalanda. Balaputradewa merupakan keturunan dari dinas
Syailendra, yaitu putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari kerajaan
Sriwijaya.
Raja Sri Sudamaniwarmadewa: Pada masa kekuasaan Raja Sri
Sudamaniwarmadewa, Kerajaan Sriwijaya pernah mengalami serangan dari Raja
Darmawangsa dari Jawa Timur. Tapi, serangan tersebut berhasil digagalkan oleh
para tentara Sriwijaya.
Raja Sanggrama Wijayattunggawarman: Pada masa kekuasaannya,
Kerajaan Sriwijaya mengalami sebuah serangan dari Kerajaan Chola. Yang dipimpin
oleh Raja Rajendra Chola, Kerajaan Chola membuat serangan dan sukses merebut
Kerajaan Sriwijaya. Sanggrana Wijayattunggawarman akhirnya ditahan. Tapi pada
masa kekuasaan Raja Kulottungga I Kerajaan Chola, Raja Sanggrama
Wijayattunggawarman kemudian dibebaskan.
Dapunta Hyang Sri Jayanasa
Sri Indravarman
Rudra Vikraman
Maharaja WisnuDharmmatunggadewa
Dharanindra Sanggramadhananjaya
Samaratungga
Samaragrawira
Balaputradewa
Sri UdayadityavarmanSe-li-hou-ta-hia-li-tan
Sri CudamanivarmadevaSe-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa
Sri MaravijayottunggaSe-li-ma-la-pi
Hie-tche (Haji)
Sumatrabhumi
Sangramavijayottungga
Rajendra Dewa KulottunggaTi-hua-ka-lo
Rajendra II
Rajendra III
Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa
Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra
Maulimali Warmadewa.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Sejarah Kerajaan Sriwijaya Lengkap
Walaupun Sriwijaya cuma tersisa sedikit peninggalan
arkeologi dan juga terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan
kembali mengenai kemaharajaan bahari ini oleh Coedès di tahun 1920-an telah
memhidupkan kesadaran bahwa dalam bentuk persatuan politik raya berbentuk
kemaharajaan yang terdiri atas perpecahan kerajaan-kerajaan bahari, dulu pernah
tumbuh, bangkit, dan berjaya di masa lalu.
Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga
memuliakan Sriwijaya sebagai sumber yang dibanggakan dan bukti kejayaan pada
masa lampau Indonesia. kejayaan Sriwijaya telah menjadi suatu kebanggaan
identitas daerah dan nasional, khususnya bagi para penduduk kota Palembang,
Provinsi Sumatera Selatan.
Keluhuran Sriwijaya bagi penduduk Palembang, telah menjadi
sebuah inspirasi seni budaya, semisal lagu dan tarian tradisional Gending
Sriwijaya. Hal yang sama juga dialami oleh masyarakat selatan Thailand yang
kembali menciptakan tarian Sevichai (Sriwijaya) yang berdasarkan pada kemuliaan
seni budaya Sriwijaya.
Di Indonesia, nama Sriwijaya telah diabadikan dan digunakan
sebagai nama jalan di banyak kota, dan nama ini sudah melekat dengan ciri kota
Sumatera Selatan dan Palembang. Universitas Sriwijaya yang berdiri pada tahun
1960 di Palembang diberikan nama berdasarkan kedatuan Sriwijaya.
Demikian juga Kodam II Sriwijaya (unit komando militer),
Sriwijaya Post (Surat kabar harian di Palembang), PT Pupuk Sriwijaya
(Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan), Sriwijaya Air (maskapai penerbangan),
Sriwijaya TV, Stadion Gelora Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klab sepak
bola Palembang), semua dinamakan demikian karena untuk memuliakan, menghormati, dan merayakan
kejayaan kemaharajaan Sriwijaya.
Bagikan ini:
Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang
baru)110Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)110Klik
untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)
Terkait
29 Kerajaan Islam di Indonesia Penjelasan Lengkap, Berikut
Peninggalan Kerajaan
Juni 5, 2017
dalam "Home"
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara Serta Prasasti dan
Letaknya
Mei 24, 2017
dalam "Home"
Catatan Lengkap Sejarah Kerajaan Kediri Dari awal Berdiri
Hingga Runtuhnya Kerajaan
Februari 1, 2018
dalam "Sejarah"
Kategori Home, Sejarah
Tag candi, prasasti, sejarah, sriwijaya
Navigasi Tulisan
12 Alat Musik Tradisional Sumatera Selatan Lengkap dengan Gambar
dan Deskripsinya
Panduan Sholat Tahajud Terlengkap (Niat, Keutamaan, Cara,
Waktu Keajaiban dan Kebahagiaan Sholat Tahajud)
Tinggalkan komentar
AKP AN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Undangan