Di Sadur dari Artikel: AGUS SISWANTO DAN EKA SUPRIATNA
Pada tgl. 6 Februari 2008 lalu, Misteri mendapat undangan
seorang rekan bernama Malau. Beliau mengajak Misteri untuk mengikuti ritual di
Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Sebuah ritual untuk mengungkap asal usul Kanjeng Ratu
Kidul. Tentu saja tawaran itu Misteri sambut hangat. Terlebih ketika dia
mengatakan bahwa Kanjeng Ratu Kidul berasal dari Tanah Batak.
Sejauh ini terdapat berbagai pendapat seputar asal usul
sosok Kanjeng Ratu Kidul. Ada yang mengatakan, Kanjeng Ratu Kidul sesungguhnya
adalah Ratu Bilqis, isteri Nabi Sulaiman Alaihissalam. Dikisahkan, setelah
wafatnya Nabi Sulaiman as., Ratu Bilqis mengasingkan dirinya ke suatu negeri.
Di sana beliau bertapa hingga moksa atau ngahyang.
Legenda lain seputar Kanjeng Ratu Kidul adalah Dewi Nawang
Wulan, sosok bidadari yang pernah diperisteri Jaka Tarub. Sedangkan kisah lain
tidak secara spesifik menyebutkan asal Kanjeng Ratu Kidul, kecuali dia puteri
seorang raja di Tanah Jawa.
Sinyalemen Kanjeng Ratu Kidul berasal dari Tanah Batak
bukannya tanpa alasan. Isu ini pertama kali dibicarakan tahun 1985, ketika
dalam suatu acara adat Batak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), beberapa
orang mengangkat masalah ini. Tetapi rupanya tidak terlalu mendapat respon yang
hadir. Isu pun tenggelam dengan sendirinya.
Ketika Misteri membuka internet, hanya terdapat satu situs
yang menyinggung masalah ini. Itupun hanya dalam beberapa baris kalimat saja.
Demikian kutipannya:
“Ini dia cerita tentang Ratu Laut Selatan yang dipercaya
sebagian orang sebagai Biding Laut, saudara dari Saribu Raja yang notabene
adalah keturunan Raja Batak.…tapi baca dulu kisahnya ya… siapa tau Nyi Roro
Kidul emang keturunan Raja Batak”. (23 desember 2004,
http://mappa.blogspot.com). Hanya sekilas saja kalimat yang menyinggung Kanjeng
Ratu Kidul sebagai orang Batak.
Padahal, sebagaimana diungkapkan Silalahi, di daerah Samosir
ada seorang wanita yang kerap kali kemasukan roh Kanjeng Ratu Kidul. Wanita
bernama Boru Tumorang ini sering mengaku sebagai Kanjeng Ratu Kidul ketika
sedang trance. Itulah sebabnya, Boru Tumorang sengaja didatangkan ke Jawa untuk
mengikuti ritual menguak asal usul Kanjeng Ratu Kidul.
LEGENDA BIDING LAUT
Sebelum melakukan perjalanan ke Pelabuhan Ratu, Sukabumi,
Misteri menyempatkan diri berbincang-bincang dengan Silalahi (40 thn), spiritualis
yang akan memimpin ritual tersebut.
“Legenda asal usul Kanjeng Ratu Kidul berasal dari Tanah
Batak ini tidak lepas dari kisah Raja-raja Batak,” demikian Silalahi memulai
ceritanya.
Dikisahkan, perjalanan etnis Batak dimulai dari seorang raja
yang mempunyai dua orang putra. Putra sulung diberi nama Guru Tatea Bulan dan
kedua diberi nama Raja Isumbaon.
Putra sulungnya, yakni Guru Tatea Bulan memiliki 11 anak (5
putera dan 6 puteri). Kelima putera bernama: Raja Uti, Saribu Raja, Limbong
Mulana, Sagala Raja dan Lau Raja. Sedangkan keenam puteri bernama: Biding Laut,
Siboru Pareme, Paronnas, Nan Tinjo, Bulan dan Si Bunga Pandan.
Putri tertua yakni Biding Laut memiliki kecantikan melebihi
adik perempuan lainnya. Dia juga memiliki watak yang ramah dan santun kepada
orangtuanya. Karena itu, Biding Laut tergolong anak yang paling disayangi kedua
orangtuanya.
Namun, kedekatan orangtua terhadap Biding Laut ini
menimbulkan kecemburuan saudara-saudaranya yang lain. Mereka lalu bersepakat
untuk menyingkirkan Biding Laut.
Suatu ketika, saudara-saudaranya menghadap ayahnya untuk
mengajak Biding Laut jalan-jalan ke tepi pantai Sibolga. Permintaan itu
sebenarnya ditolak Guru Tatea Bulan, mengingat Biding Laut adalah puteri
kesayangannya. Tapi saudara-saudaranya itu mendesak terus keinginannya,
sehingga sang ayah pun akhirnya tidak dapat menolaknya.
Pada suatu hari, Biding Laut diajak saudara-saudaranya
berjalan-jalan ke daerah Sibolga. Dari tepi pantai Sibolga, mereka lalu
menggunakan 2 buah perahu menuju ke sebuah pulau kecil bernama Pulau Marsala,
dekat Pulau Nias.
Tiba di Pulau Marsala, mereka berjalan-jalan sambil
menikmati keindahan pulau yang tidak berpenghuni tersebut. Sampai saat itu,
Biding Laut tidak mengetahui niat tersembunyi saudara-saudaranya yang hendak
mencelakakannya. Biding Laut hanya mengikuti saja kemauan saudara-saudaranya
berjalan semakin menjauh dari pantai.
Menjelang tengah hari, Biding Laut merasa lelah hingga dia
pun beristirahat dan tertidur. Dia sama sekali tidak menduga ketika dirinya
sedang lengah, kesempatan itu lalu dimanfaatkan saudara-saudaranya meninggalkan
Biding laut sendirian di pulau itu.
Di pantai, saudara-saudara Biding Laut sudah siap
menggunakan 2 buah perahu untuk kembali ke Sibolga. Tetapi salah seorang
saudaranya mengusulkan agar sebuah perahu ditinggalkan saja. Dia khawatir kalau
kedua perahu itu tiba di Sibolga akan menimbulkan kecurigaan. Lebih baik satu
saja yang dibawa, sehingga apabila ada yang menanyakan dikatakan sebuah
perahunya tenggelam dengan memakan korban Biding Laut.
Tapi apa yang direncanakan saudara-saudaranya itu bukanlah
menjadi kenyataan, karena takdir menentukan lain.
BIDING LAUT DI TANAH JAWA
Ketika terbangun dari tidurnya, Biding Laut terkejut
mendapati dirinya sendirian di Pulau Marsala. Dia pun berlari menuju pantai
mencoba menemui saudara-saudaranya. Tetapi tidak ada yang dilihatnya, kecuali
sebuah perahu.
Biding laut tidak mengerti mengapa dirinya ditinggalkan
seorang diri. Tetapi dia pun tidak berpikiran saudara-saudaranya berusaha
mencelakakannya. Tanpa pikir panjang, dia langsung menaiki perahu itu dan
mengayuhnya menuju pantai Sibolga.
Tetapi ombak besar tidak pernah membawa Biding Laut ke tanah
kelahirannya. Selama beberapa hari perahunya terombang-ombang di pantai barat
Sumatera. Entah sudah berapa kali dia pingsan karena kelaparan dan udara terik.
Penderitaannya berakhir ketika perahunya terdampar di Tanah Jawa, sekitar
daerah Banten.
Seorang nelayan yang kebetulan melihatnya kemudian menolong
Biding Laut. Di rumah barunya itu, Biding Laut mendapat perawatan yang baik.
Biding Laut merasa bahagia berada bersama keluarga barunya itu. Dia mendapat
perlakuan yang sewajarnya. Dalam sekejap, keberadaannya di desa itu menjadi
buah bibir masyarakat, terutama karena pesona kecantikannya.
Dikisahkan, pada suatu ketika daerah itu kedatangan seorang
raja dari wilayah Jawa Timur. Ketika sedang beristirahat dalam perjalanannya,
lewatlah seorang gadis cantik yang sangat jelita bak bidadari dari kayangan dan
menarik perhatian Sang Raja. Karena tertariknya, Sang Raja mencari tahu sosok
jelita itu yang ternyata Biding Laut. Terpesona kecantikan Biding Laut, sang
raja pun meminangnya.
Biding Laut tidak menolak menolak pinangan itu, hingga
keduanya pun menikah. Selanjutnya Biding Laut dibawanya serta ke sebuah kerajaan
di Jawa Timur.
TENGGELAM DI LAUT SELATAN
Biding Laut hidup berbahagia bersama suaminya yang menjadi
raja. Tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Terjadi intrik di dalam
istana yang menuduh Biding Laut berselingkuh dengan pegawai kerajaan. Hukum
kerajaan pun ditetapkan, Biding Laut harus dihukum mati.
Keadaan ini menimbulkan kegalauan Sang Raja. Dia tidak ingin
isteri yang sangat dicintainya itu di hukum mati, sementara hukum harus
ditegakkan. Dalam situasi ini, dia lalu mengatur siasat untuk mengirim kembali
Biding Laut ke Banten melalui lautan.
Menggunakan perahu, Biding Laut dan beberapa pengawal raja
berangkat menuju Banten. Mereka menyusuri Samudera Hindia atau yang dikenal
dengan Laut Selatan.
Namun malang nasib mereka. Dalam perjalanan itu, perahu
mereka tenggelam diterjang badai. Biding Laut dan beberapa pengawalnya
tenggelam di Laut Selatan.
Demikianlah sekelumit legenda Biding Laut yang dipercaya
sebagai sosok asli Kanjeng Ratu Kidul.
“Dalam legenda raja-raja Batak, sosok Biding Laut memang
masih misterius keberadaannya, Sedangkan anak-anak Guru Tatea Bulan yang lain
tercantum dalam legenda,” kata Silalahi dengan mimik serius.
Sementara itu, Boru Tumorang (45 thn) mengaku sudah lama
dirinya sering kemasukan roh Kanjeng Ratu Kidul. Terutama terjadi saat
kedatangan tamu yang minta tolong dirinya untuk melakukan pengobatan. Tetapi
Boru Tumorang tidak mengerti mengapa raganya yang dipilih Kanjeng Ratu Kidul.
Semuanya terjadi diluar keinginannya.
kanjeng ratu laut kidul berasal dari tanah batak (bagian 2)
RITUAL PEMANGGILAN KANJENG RATU KIDUL
Untuk membuktikan keberadaan sosok legenda Biding Laut yang
dipercaya sebagai Kanjeng Ratu Kidul, Misteri bersama 8 orang rekan yang
semuanya bersuku Batak sengaja datang ke Pelabuhan Ratu untuk melakukan ritual
pemanggilan roh Kanjeng Ratu Kidul.
Lokasi pertama adalah makam Guru Kunci Batu Kendit Abah
Empar. Lokasi ini cukup dikenal masyarakat, terutama yang hendak melakukan
ritual pemanggilan Kanjeng Ratu Kidul. Konon, di tempat ini Kanjeng Ratu Kidul
memang biasa muncul.
Sebelum melakukan ritual, sebagaimana biasanya beberapa ubo
rampe telah disiapkan, diantaranya: jeruk, jeruk purut, apel, daun sirih,
pisang raja, anggur, minyak jin, kembang sepatu, tepung beras, kelapa dan gula
(itaguruguru-bahasa Batak).
Sekitar pukul 22.30 malam, dimulailah acara ritual
pemanggilan roh Kanjeng Ratu Kidul. Ketika itu, Silalahi dan Boru Tumorang
tampak membaca mantera-mantera. Beberapa saat kemudian, Silalahi mulai
menampakkan perubahan ekspresi wajah. Sosok gaib yang dipanggil tampaknya telah
merasuk ke dalam raganya. Belakangan Misteri mengetahui, sosok gaib itu adalah
roh Raja Batak.
Sementara dalam waktu hampir bersamaan, Boru Tumorang pun
memperlihatkan ekspresi kesurupan. Tiba-tiba tubuhnya tersungkur lalu merangkak
bergeser posisi. Setelah itu, dia kembali duduk dengan wajah tertunduk dan mata
terpejam. Roh Kanjeng Ratu Kidul telah merasuk ke dalam raga wanita asal
Samosir ini.
Terjadilah dialog dalam bahasa Batak antara Silalahi (yang
sudah kemasukan roh Raja Batak) dengan Boru Tumorang dan beberapa orang yang
hadir. Sepanjang dialog itu, ekspresi wajah Boru Tumorang berubah-ubah.
Terkadang tersenyum, tertawa, menangis dan melantunkan lagu berisi sejumlah
nasehat.
Kalimat pertama yang diucapkan Kanjeng Ratu Kidul adalah
”Kenapa baru sekarang kalian datang untuk menemui saya?
Padahal saya sudah lama berada di sini,”ujar Kanjeng Ratu Kidul melalui bibir
Boru Tumorang.
Ketika salah seorang yang hadir bertanya tentang Biding
Laut, seketika Kanjeng Ratu Kidul menukas,” Ya, sayalah Biding Laut. Terserah
apakah kalian akan percaya atau tidak.”
Selanjutnya dialog meluncur begitu saja. Beberapa dialog
yang Misteri catat diantaranya saat Boru Tumorang menangis sambil berkata:
“Boasa gudang hamo nalupa tuauito (kenapa kalian sudah lupa
sama saya)?” ujar Kanjeng Ratu Kidul melalui bibir Boru Tumorang. “Ahado
sisukunonmuna (Apa yang kalian mau pertanyakan)?” lanjut Kanjeng Ratu Kidul.
“Hamirotuson nanboru namagido tangiansiangho (Kami datang
kesini untuk minta doa dari Nyai),” jawab salah seorang yang hadir.
“Asadikontuhata pasupasu dohut rajohi (Biar diberikan Tuhan
berkat kepada kami),” kata yang lain.
Tampak Boru Tumorang menggoyang-goyangkan tubuhnya.
Kepalanya seperti digelengkan, terkadang mengangguk-angguk. Sesaat kemudian dia
berkata,
“Posmaruham, paubahamuma pangalaho rohamuna (Percayalah.
Asalkan kalian berubah sikap dan tingkah laku menjadi lebih baik, itu pasti
akan terjadi).”
Selanjutnya dia berkata lagi,”Asarat martonggo mahita
tuoputa (Marilah kita bersama-sama berdoa kepada Tuhan).”
“Molonang muba rohamu nalaroma balainna he he mamuse kuti
tuinjang (Kalau tidak berubah sikap dengan baik akan muncul bencana
lagi-tsunami)”
“Dangdiadia dope namasae naosolpu nalaroma muse naung
gogosiani (Belum seberapa bencana yang sudah lalu. Lebih dahsyat bencana yang
akan datang lagi. Kalau kalian tidak percaya kepada Tuhan).”
Nasehat Kanjeng Ratu Kidul itu tampaknya ditujukan ke semua orang.
Sedangkan kepada anak keturunannya dari suku Batak, Kanjeng Ratu Kidul berkata,
”Posmarohamu amang paboanhudoi tuhamu pomparanhu dibagasan
parnipion (Percayalah. Semua keturunanku akan saya beritahukan lewat mimpi
masing-masing).”
“Posmaroham amang patureon hudo sube popparamme (Percayalah,
akan saya bantu dan saya tolong semua keturunannmu ini).
Kanjeng Ratu Kidul juga berpesan kepada semua manusia agar
tidak membeda-bedakan suku,
”Pabohamu tumanisiae asa unang mambedahon popparanhisude
(Beritahu kepada semua manusia supaya tidak membedakan suku).”
Dialog dengan roh Kanjeng Ratu Kidul itu berlangsung sekitar
setengah jam. Isi dialog sarat dengan nasehat kepada manusia agar selalu
berbuat kebajikan.
Namun yang pasti, dalam dialog itu juga Kanjeng Ratu Kidul
menceritakan sosok asal usul dirinya dan nama aslinya.
Upaya penelusuran ini membuka wacana baru seputar asal usul
Kanjeng Ratu Kidul. Acara ritual ini pun tidak dimaksudkan untuk membenarkan
satu fihak. Sebagaimana dikatakan Silalahi,
“Kami tidak bermaksud mengklaim kebenaran pendapat
kami,”ujar Silalahi sambil tersenyum. “Tetapi kami hanya mencoba mengangkat
kembali sebuah isu yang sudah lama berkembang di daerah kami. Kebenarannya
boleh saja diperdebatkan,” lanjutnya.
Benar apa yang dikatakannya. Sosok gaib Kanjeng Ratu Kidul
memang layak diperdebatkan. Keberadaan maupun asal usulnya bisa darimanapun
juga. Tetapi yang pasti, nasehat-nasehat Kanjeng Ratu Kidul yang diucapkan
melalui medium yang keserupan, seringkali mengingatkan kita untuk selalu
percaya kepada Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Undangan