Visi Gubsu Sumut Bermartabat Sejalan Budaya Dalihan Na Tolu
Medan,( lsmlipanri online )
Visi Gubsu H Edy Rahmayadi dan Wagubsu H Musa Rajekshah
untuk Sumut Bermartabat sejalan dengan budaya Dalihan Na Tolu di Tapanuli
Bagian Selatan dalam memberhasilkan propinsi ini lebih eksis dan sejahtera di
era globalisasi.
Oleh sebab itu, budaya Dalihan Na Tolu perlu terus direlevansikan
dan diimplementasikan, termasuk diwariskan kepada generasi muda.
Demkian salah satu poin yang mengemuka dalam Seminar
Implementasi Budaya Dalihan Na Tolu di Tapanuli Bagian Selatan dalam Era
Globalisasi yang diselenggarakan Forum Pelestarian Budaya Propinsi Sumut di
Hotel Saka Premiere Medan, Rabu (3/10) dihadiri puluhan pemuka adat dan budaya
Sumut termasuk pengurus dan fungsionaris Forum Pelestarian Budaya(FPB) Sumut.
Narasumber yang tampil yakni H Pandapotan Nasution SH Gelar
Patuan Kumala Pandapotan (Ketua FPB
Sumut), Ahmad Yamin Dalimunthe MSi Gelar Baginda Bonggal Soaloon, Dr Anwar
Sadat Harahap SAg Mhum dan P Dolok Lubis SH
MM Gelar Patuan Dolok.
Seminar dibuka Gubsu diwakili Kepala Badan
Kesbangpol Linmas Sumut H Suriadi Bahar SH MH.
H Pandapotan Nasution SH Gelar Patuan Kumala Pandapotan
mengemukakan unsur Dalihan Na Tolu yang terdiri dari suhut dan kahangginya,
anak boru serta mora lahir berdasarkan perkawinan.
Di dalam adat dalihan na
tolu perkawinan sifatnya eksogam. Pada awalnya perkawinan yang bersifat eksogam
ini terjadi antar marga di dalam lingkungan etnik masyarakat tersebut.
Semakin berkembangnya zaman, lanjutnya, perkawinan eksogam
ini sudah meluas menjadi perkawinan antar etnik di luar etnik masyarakat adat
dalihan na tolu. Dalam perkembangannya masyarakat etnik dalihan na tolu kawin
dengan orang berbagai etnik.
Berdasarkan perkawinan tersebut lahirlah unsur
mora dari etnik tempat mengambil isteri dan unsur anak boru dari etnik tempat
memberi puteri.
Dikemukakan antar etnik dari berbagai etnik tersebut
terjadilah lembaga dalihan na tolu yang harus menjalankan tugasnya sesuai
dengan mekanisme kerja dari dalihan na tolu.
Apabila selaras, serasi dan
seimbang maka akan saling menghormati, saling menghargai, saling menerima
pendapat, saling memberi yang melahirkan holong dohot domu yang menjadi
falsafah hidup masyarakat dalihan na tolu.
Ikatan kekerabatan ini akan semakin erat dan pada gilirannya
dalihan na tolu berfungsi sebagai perekat persatuan bangsa.
Semakin kuat
persatuan dan kesatuan tersebut semakin kuat pula ikatan persaudaraan dan
muaranya akan menjadikan masyarakat yang lebih bermartabat.
Secara umum dalam seminar ini terungkap adat dan budaya
yang ada di Sumut merupakan unsur
penentu bagi usaha pembangunan dan modernitas masyarakat.
Semua perbuatan
manusia ditentukan oleh kebudayaannya, Tata cara masyarakat menghayati,
melakukan berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari merupakan cermin adat
dan budayanya.
Persebaran dan perkembangan adat dan budaya daerah Sumatera
Utara sampai dengan saat ini semakin kompleks dan beragam merupakan potensi
yang masih terpendam.
Oleh karena itu, ethos dalam seminar ini tergambar adat dan
budaya yang majemuk dari beberapa suku bangsa di Sumut merupakan dasar untuk
dijadikan daya dorong dalam merekatkan persatuan dan persaudaraan antar etnis
dan antar generasi.
Para narasumber senada mengemukakan posisi adat dan budaya
termasuk Dalihan Na Tolu Tapanuli Bagaian Selatan saat ini sangat strategis
untuk dapat menjadi pilar kemajuan daerah dalam berbagai sektor kehidupan.
Keragaman suku bangsa dengan beragam adat dan budayanya
merupakan potensi besar untuk dijadikan bahan ramuan menuju suatu produk budaya
yang memiliki nilai manfaat yang tinggi bagi kehidupan manusia di mata
masyarakat luar dan bangsa lain di dunia.
Dalam seminar juga tergambar suatu hal yang baru dalam
proses pembangunan daerah dewasa ini ialah peranan visi masa depan. Terutama
dalam menghadapi era global tanpa batas, diperlukan suatu visi ke arah mana
masyarakat dan daerah kita ini akan menuju.
Tanpa visi yang jelas yaitu visi
yang mendasarkan nilai-nilai yang hidup dalam kebudayaan daerah saat ini, akan
sulit untuk menentukan arah perkembangan masyarakat dan daerah kita ke masa
depan, atau pilihan lain ialah tinggal mengadopsi saja apa yang disebut budaya
global.
Mengadopsi budaya global tanpa dasar yang kuat dari
kebudayaan sendiri berarti manusia Sumut akan kehilangan identitas atau
jatidirinya.
Di sinilah letak pendidikan untuk meletakkan dasar-dasar yang kuat
dari nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat Sumut yang akan dijadikan
pondasi untuk membentuk budaya masa depan yang lebih jelas dan terarah,
termasuk mengimplementasikan Budaya Dalihan Na Tolu di Tapanuli Bagian Selatan.