Stunting Sumut Masih Tinggi Nawal Minta Orang Tua Perhatikan Gizi
MEDAN,( kbn lipanri ) – Masih tingginya kasus stunting atau
kegagalan pertumbuhan pada anak di Provinsi Sumatera Utara (Sumut), menjadi
perhatian besar pemerintah, termasuk Dharma Wanita Persatuan (DWP) Sumut. Nawal
Edy Rahmayadi selaku Penasihat DWP Sumut meminta para orang tua lebih
memperhatikan gizi dan pertumbuhan anak untuk mengurangi stunting di Sumut.
Pada tahun 2019, prevelensi stunting di Sumut masih mencapai
30,11%, berkurang hanya 2,3% dibanding tahun sebelumnya. Karena itu, DWP terus
bergerak untuk mengurangi jumlah stunting pada anak, salah satunya dengan
workshop virtual Kupas Tuntas Stunting, Senin (20/7).
“Stunting di Sumut masih tergolong tinggi. Karena itu kita
terutama ASN atau istri ASN punya tanggung jawab besar dalam pencegahan
stunting. Dan tentunya seluruh orang tua harus memperhatikan gizi dan
perkembangan anak, karena anak adalah penerus generasi kita,” kata Nawal Edy
Rahmayadi saat membuka workshop virtual di kantor DWP Sumut, Jalan Teuku Cik
Ditiro Medan.
Nawal juga mengingatkan kepada seluruh ibu-ibu yang ada di
Sumut untuk menjaga kesehatan diri dan keluarga di tengah pandemi Covid-19. “Di
masa Covid-19 ini saya pernah mengingatkan agar mengurangi kehamilan karena
situasi yang tidak baik dan terjadinya babyboom akan meningkatkan angka
stunting. Karena itu, kita semua terlebih ibu-ibu wajib disiplin menerapkan
protokol kesehatan. Jadi, tugas ibu-ibu semakin banyak, perhatikan gizi anak,
perkembangannya dan juga tentu protokol kesehatan pada anak,” ujar Nawal.
Ketua DWP Sumut Linda Haris Lubis menambahkan pentingnya
mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, salah satunya dengan
cara meningkatkan kualitas hidup manusia. Untuk mencapai hal tersebut
menurutnya harus dimulai sejak tahapan anak-anak.
“Anak-anak sebagai tunas-tunas bangsa harus bisa menjadi
anak-anak Indonesia yang cerdas dan berbudi pekerti luhur. Pertumbuhan dan
perkembangan anak pada awal kehidupan menentukan kualitas kesehatan fisik dan
mental. Untuk mencapai itu perlu gizi seimbang, orang tua yang peduli dan
lingkungan yang baik,” tegas Linda.
Berdasarkan keterangan Guru Besar FKM USU Evawany Y
Aritonang selaku narasumber, bahwa gangguan gizi dan kesehatan pada anak dapat
menyebabkan tinggi badan saat lahir kurang dari 48 cm. Di usia 6 bulan tinggi
badan masih di bawah 63 cm dan ketika di usia 12 bulan di bawah 71 cm.
Sedangkan normalnya bayi baru lahir rata-rata memiliki
tinggi badan sekitar 50 cm, 68 cm saat 6 bulan, 76 cm saat 1 tahun, 97 cm saat
2 tahun dan 127 cm saat 8 tahun.
“Ciri-cirinya bisa terlihat dari fisik, pertumbuhannya terlambat
dibanding dengan anak seusianya seperti tinggi dan berat badan. Kemudian
hasilnya buruk saat tes perhatian dan memori belajar, wajah tampak lebih muda
dari anak seusianya, pertumbuhan gigi terhambat dan di usia 8-10 tahun anak
stunting biasanya lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan
orang lain,” kata Evawany.
Sementara itu, Makmur Sitepu dari Divisi Fetomaternal
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU mengatakan pencegahan stunting
diawali dari pra-kehamilan. Menurutnya, kehamilan itu merupakan proses
membangun janin manusia sehingga perlu perhatian sebelum kehamilan.
“Untuk mencegah stunting harus dilakukan sejak sebelum
kehamilan, memperhatikan gizi ibunya. Setelah hamil perhatikan gizi kandungan,
karena hamil itu merupakan proses membangun janin manusia,” tambah Makmur.
Ketika anak lahir, menurut Winra Pratita, Konsultan Nutrisi
dan Penyakit Metabolik Anak, yang perlu menjadi perhatian orang tua adalah 1000
hari pertama kehidupan (HPK) yaitu 270 hari (sembilan bulan di kandungan)
ditambah 730 hari (dua tahun) pertama kehidupan seorang anak.
“1000 HPK harus diperhatikan karena merupakan masa yang
penting dalam perkembangan otak anak, perkembangan kognitif, motorik dan
kemampuan sosio-emosional pada masa anak-anak dan selanjutnya pada remaja,”
kata Winra.
Selanjutnya, Siti Zahra Nasution, Sekretaris DWP Sumut
menekankan keluarga sadar gizi, sehingga anak bisa mendapat gizi yang seimbang.
Sadar gizi menurutnya seperti memantau berat badan secara teratur, makanan yang
beraneka ragam, hanya mengonsumsi garam beryodium dan hanya memberi ASI kepada
bayi hingga usia 6 bulan.
“Keluarga harus sadar gizi, bukan hanya soal makanan tetapi
juga memantau berat badan secara teratur. Kelebihan gizi juga tidak akan baik
untuk seseorang, jadi gizi itu harus seimbang,” tegas Siti Zahra.( limber
sinaga )
FOTO
Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Sumut Nawal Edy
Rahmayadi membuka workshop virtual ‘Kupas Tuntas Stunting’ dari Kantor DWP
Sumut Jalan Teuku Cik Ditiro Medan, Senin (20/7/2020).